News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ikuti Jejak Sri Lanka, Israel Ubah Zona Aman di Gaza Jadi Ladang Pembantaian, Ini 6 Persamaannya

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel di sebuah kamp pengungsi di Rafah pada 27 Mei 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas.

TRIBUNNEWS.COM – Dua pakar hubungan internasional bernama Neve Gordon dan Nicola Perugina menuding Israel telah mengubah “zona aman” di Jalur Gaza menjadi ladang pembantaian warga sipil.

Tudingan itu disampaikan keduanya dalam kolom opini pada laman Al Jazeera pada hari Selasa, (11/6/2024).

Israel awalnya merancang “zona aman” untuk warga sipil di wilayah kecil di Kota Rafah, Gaza, yang dikenal sebagai “Blok 2371” pada tanggal 22 Mei lalu.

Akan tetapi, Israel justru mengebom zona itu empat hari berselang sehingga menewaskan setidaknya 45 warga sipil yang tengah mengungsi di tenda-tenda.

Gordon dan Perugina menyebut tindakan Israel itu mirip dengan tindakan yang pernah dilakukan Sri Lanka 15 tahun sebelumnya saat negara itu dilanda perang saudara.

Dalam perang itu militer Sri Lanka merancang suatu daerah menjadi “zona tanpa tembakan” atau semacama zona aman.

Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel di area kamp yang menampung para pengungsi di Rafah pada 27 Mei 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina. - Hamas dan Otoritas Palestina mengatakan serangan Israel terhadap sebuah pusat pengungsi menewaskan puluhan orang di dekat kota Rafah di selatan pada tanggal 26 Mei, sementara tentara Israel mengatakan mereka menargetkan militan Hamas. (Photo by Eyad BABA / AFP) (AFP/EYAD BABA)

Menurut keterangan seorang uskup, di dalam zona itu terdapat 60.000 hingga 75.000 warga sipil.

Di zona itu juga ada tujuh pastor. Uskup itu kemudian meminta Kedubes Amerika Serikat (AS) untuk ikut campur dalam masalah ini.

Dubes AS kemudian meminta Perdana Menteri Sri Lanka untuk memperingatkan pihak militer agar berhati-hati karena sebagian besar orang yang ada di zona itu adalah warga sipil.

Gara-gara banyaknya tembakan artileri, zona itu menjadi semacam jebakan maut.

Militer Sri Lanka pernah mengimbau warga sipil untuk berkumpul di area yang dirancang sebagai zona tanpa tembakan itu.

Baca juga: Hamas Terima Resolusi Gencatan Senjata PBB dan Siap Bahas Detailnya, tapi Israel Masih Belum Jelas

Selebaran pun dijatuhkan dari pesawat terbang. Di samping itu, ada pengumuman dengan pengeras suara.

Diperkirakan ada 330.000 pengungsi yang berkumpul di zona itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendirikan tenda-tenda.

Beberapa organisasi kemanusiaan juga menyediakan makanan dan bantuan kesehatan di sana.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini