TRIBUNNEWS.com - Pendahulu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ehud Barak, mengkritik keras negaranya terkait perang di Gaza.
Ia mengatakan perang Israel di Gaza adalah "perang yang paling tidak berhasil sepanjang sejarah negara kami" dan harus dihentikan.
Dalam sebuah artikel untuk surat kabar Israel, Haaretz, Barak menulis Israel saat ini berada dalam kondisi "krisis paling serius dan berbahaya dalam sejarah negara ini."
Menurut politisi Israel itu, Israel tidak bisa "menanggung kesalahan lagi."
"Kita perlu segera mengganti pemerintahan yang gagal ini dengan menetapkan tanggal Pemilu yang disepakati, atau sebagai alternatif, kita bisa mengadakan mosi tidak percaya," kata Barak di artikelnya.
"Kami (pasukan Israel) masih akan berada di Gaza tanpa kemenangan yang jelas. Sementara, kami juga berperang habis-habisan melawan Hizbullah di utara, intifada ketiga di Tepi Barat, konflik dengan Houthi di Yaman, dan milisi Irak di Dataran Tinggi Golan, serta tentu saja konflik dengan Iran, yang telah menyerang April lalu," urai Barak panjang lebar.
Lebih lanjut, Barak juga menyinggung keberadaan Israel secara internasional.
Menurutnya, Israel saat ini tengah dikucilkan sekutu-sekutunya.
"Hal ini terbukti dengan adanya perselisihan dengan Amerika Serikat, satu-satunya negara yang memberi kami senjata dan dukungan diplomatik yang efektif," ungkapnya.
Ia juga menyinggung pernyataan gugatan sejumlah negara pendukung Palestina di Den Haag.
Barak menganggap dukungan terhadpa Palestina "bisa menciptakan bahaya yang jelas dan nyata bagi negara tersebut."
Baca juga: Ribuan Tahanan Palestina Jadi Sasaran Tak Manusiawi Tentara Israel, Disuntik Zat Tidak Diketahui
Barak: Kemenangan Mutlak adalah Omong Kosong
Barak juga berkomentar soal slogan Israel "kemenangan mutlak" terkait serangan mereka di Gaza.
Ia menilainya sebagai slogan omong kosong.