Khalaf bertugas dalam serangan Israel pada 2014 silam di Gaza.
Ia mengklaim menderita PTSD buntut pengalaman perangnya itu.
Kasus itu menambah jumlah tentara Israel yang nekat merenggut nyawanya sendiri sejak perang berkecamuk tepatnya setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap wilayah Israel bagian selatan.
30.000 tentara Israel alami Stres
Sejak perang di Gaza pecah, setidaknya ada sekitar 30.000 tentara Israel yang telah mengajukan pelayanan kesehatan mental.
Gejala yang dikeluhkan berupa detak jantung cepat, berkeringat, peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, tubuh gemetar yang tidak terkendali, kebingungan, hingga ketidakmampuan untuk bergerak.
"Sekitar 200 tentara diberhentikan dari militer karena masalah psikologis yang mereka derita akibat perang," ujar laporan juru militer Israel dikutip dari Anadolu.
Imbas melonjaknya pasukan militer yang mengidap stress, pemerintah Israel harus membangun dua pusat kesehatan mental di bagian selatan negara tersebut.
Tak hanya itu untuk mencegah lonjakan militer yang mengidap PTSD, militer Israel turut menyediakan hotline khusus.
Adapun hotline ini dibangun untuk melayani para tentara yang ingin mendapatkan perawatan psikolog dan psikiater.
Akan tetapi setelah mendapatkan perawatan psikologis yang ditentukan oleh otoritas medis tentara, mereka diwajibkan bergabung kembali untuk melaksanakan tugas militernya di Gaza.
Pernyataan militer mengatakan bahwa sekitar 85 persen tentara yang mencari perawatan psikologis telah kembali bertugas aktif.
Ribuan Tentara Israel Cacat
Perang yang tak kunjung rampung juga membuat ribuan tentara Israel mengalami cacat permanen.
Sekitar 4 ribu tentara Israel kini dilaporkan cacat permanen.
Sementara itu, jumlah tentara yang luka-luka hingga cacat diprediksi bisa meningkat hingga 30 ribu.