Israel dan Lebanon Meningkatkan Retorika untuk Berperang, AS Berupaya Mencegah Perang
TRIBUNNEWS.COM- Israel dan Lebanon meningkatkan retorika mereka untuk berperang, dilaporkan, Amerika Serikat berupaya mencegah perang agar tidak meletus.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, pada hari Selasa memperingatkan bahwa keputusan perang habis-habisan dengan Hizbullah akan segera diambil.
Bahkan ketika Amerika Serikat berusaha mencegah eskalasi apa pun.
Utusan Amerika Serikat Amos Hochstein dikirim ke Lebanon untuk mencoba meredakan ketegangan menyusul peningkatan tembakan lintas batas di sepanjang perbatasan selatan Lebanon yang meningkat ke Hizbullah yang mengisyaratkan mereka dapat menyerang Haifa, kota terbesar ketiga Israel.
Hizbullah yang didukung Iran telah melakukan baku tembak dengan Israel selama delapan bulan terakhir bersamaan dengan perang Gaza.
Pekan lalu, kelompok tersebut menembakkan roket dan drone terbesar sejauh ini ke lokasi militer Israel, setelah serangan Israel menewaskan komandan paling senior.
Katz mengatakan dalam postingan X bahwa setelah adanya ancaman dari Sayyed Hassan Nasrallah, ketua kelompok tersebut, untuk merusak pelabuhan Haifa yang dioperasikan oleh perusahaan Tiongkok dan India, “kita semakin dekat dengan momen untuk memutuskan perubahan peraturan pertandingan melawan Hizbullah dan Lebanon".
“Dalam perang habis-habisan, Hizbullah akan hancur dan Lebanon akan terpukul habis-habisan,” tambahnya.
Militer Israel kemudian mengatakan "rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui dan divalidasi, dan keputusan diambil mengenai kelanjutan peningkatan kesiapan pasukan di lapangan".
Israel, kata Katz, akan menanggung akibatnya, namun negaranya bersatu dan harus memulihkan keamanan bagi penduduk di wilayah utara.
Hizbullah mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangannya kecuali ada gencatan senjata di Jalur Gaza.
Juru bicara Pentagon mengatakan AS tidak ingin melihat perang regional lebih luas di Timur Tengah.
Hochstein, utusan khusus untuk Presiden AS Joe Biden, mengatakan dia telah dikirim ke Lebanon segera setelah perjalanan singkat ke Israel karena situasinya “serius”.