TRIBUNNEWS.COM - Hizbullah Lebanon mengklaim memiliki senjata dan kemampuan intelijen baru yang dapat membantunya menargetkan posisi yang lebih penting di wilayah Israel jika terjadi perang habis-habisan.
Pernyataan Hizbullah ini untuk memperingatkan Israel pada Rabu (19/6/2024).
Pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah, memberikan komentarnya ketika konflik lintas batas selama berbulan-bulan antara Hizbullah dan Israel tampaknya mencapai titik didih.
Komentar Hassan Nasrallah itu juga terjadi sehari setelah utusan penting Amerika Serikat (AS) bertemu dengan para pejabat Lebanon dalam upaya terbarunya untuk meredakan ketegangan.
“Kami sekarang memiliki senjata baru. Tapi saya tidak akan mengatakan siapa mereka,” katanya, dilansir AP News.
“Ketika keputusan sudah diambil, mereka akan terlihat di garis depan," sambungnya.
Pidato Hassan Nasrallah tersebut disiarkan melalui televisi untuk mengenang seorang komandan penting Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan pekan lalu.
Perang Habis-habisan
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyebut keputusan perang habis-habisan dengan Hizbullah di Lebanon selatan akan segera terjadi, dilansir The Guardian.
Hal ini, kata Israel Katz, merupakan upaya baru untuk melakukan pencegahan – terutama karena kedua belah pihak sangat memahami betapa dahsyatnya dampak yang ditimbulkan.
Assaf Orion, mantan brigadir jenderal di Angkatan Pertahanan Israel dan kepala strateginya antara tahun 2010 dan 2015, memperkirakan bahwa Hizbullah memiliki “puluhan kali lipat persenjataan Hamas”.
Baca juga: 4 Poin Pidato Terbaru Pemimpin Hizbullah: Ultimatum Siprus & Pastikan Tak Ada Tempat Aman di Israel
Ia menyiratkan bahwa konflik apa pun akan memiliki skala yang sama besarnya atau lebih besar daripada konflik yang terjadi di Gaza setelah 7 Oktober.
Serangan Hizbullah ke Israel
Hizbullah merupakan sekutu kelompok militan Palestina Hamas.
Hizbullah telah melakukan serangan dengan Israel hampir setiap hari sejak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober, dengan tujuan untuk menarik pasukan Israel menjauh dari Jalur Gaza yang diperangi.
Serangan Hizbullah meningkat setelah Israel memperluas serangannya bulan lalu ke kota Rafah di Gaza selatan dan meningkat lebih lanjut minggu lalu setelah serangan Israel menewaskan komandan tinggi Hizbullah, Taleb Sami Abdullah.