Netanyahu membatalkan RUU tersebut dari pemungutan suara pada hari Rabu, karena ia tidak dapat memperoleh cukup pendukung, bahkan dari dalam Partai Likud miliknya sendiri.
Pemimpin Shas Arye Dery lantas menelepon perdana menteri dan mengancam akan mundur dari koalisi, menurut laporan.
Hal ini kemungkinan akan menyebabkan runtuhnya pemerintahan.
Muncul pula pertanyaan apakah Netanyahu bisa memenangkan pemilu lagi jika dia tidak mempertahankan dukungan dari partai-partai ultra-Ortodoks seperti Shas dan Jewish Power.
Netanyahu juga menghadapi kritik atas penanganannya soal perang di Gaza, di mana lebih dari 37.431 orang terbunuh.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, melontarkan kritik publik terhadap ambisi Netanyahu untuk mengalahkan Hamas.
“Urusan menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang – ini bagaikan melempar pasir ke mata masyarakat,” kata Hagari kepada Channel 13.
“Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai."
"Hamas berakar di hati rakyat, siapa pun yang mengira kita bisa melenyapkan Hamas adalah salah.”
Kantor Netanyhu menekankan bahwa menghancurkan Hamas adalah salah satu tujuan perang militer dan berkomitmen untuk melakukannya.
Sekilas tentang Kabinet ke-37 Israel
Mengutip Times of Israel, Pemerintahan Israel ke-37 adalah kabinet Israel saat ini, yang dibentuk pada tanggal 29 Desember 2022, setelah pemilihan Knesset pada tanggal 1 November 2022.
Baca juga: Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel, Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Pemerintahan koalisi ini terdiri dari enam partai, yakni Likud, United Torah Judaism, Shas, Religious Zionist Party, Otzma Yehudit (Jewish Power) dan Noam.
Koalisi ini dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel untuk keenam kalinya.
Gabungan keenam partai ini memiliki total 64 dari 120 kursi di parlemen.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)