News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ancam Hizbullah, Perang Brutal Israel Bisa Buat Lebanon Kembali ke Zaman Batu

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pejuang Hizbullah Lebanon berdiri di atas truk militer yang dilengkapi dengan peluncur roket ganda di desa Aaramta, Lebanon Selatan. --- Israel bisa membuat Lebanon kembali ke zaman batu jika perang lawan Hizbullah.

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengancam kelompok Hizbullah Lebanon dengan mengatakan pasukan Israel bisa membuat Lebanon kembail ke zaman batu.

Ancaman itu muncul di tengah memanasnya permusuhan Israel dan Hizbullah yang dikhawatirkan menciptakan perang baru di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dan Lebanon selatan.

Sebelumnya, Yoav Gallant mengunjungi sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), dengan bertemu para pejabat seniornya di Gedung Putih.

Dalam pertemuan itu, Yoav Gallant mengatakan perang skala besar di Lebanon tidak menjadi kepentingan Israel saat ini.

“Kami tidak menginginkan perang, namun kami bersiap menghadapi setiap skenario,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant kepada wartawan pada Rabu (26/6/2024) di Washington, DC.

“Hizbullah memahami betul bahwa kita dapat menimbulkan kerusakan besar di Lebanon jika perang dilancarkan," lanjutnya.

Meski tidak ingin berperang dengan Hizbullah, ia mengklaim tentara Israel mampu mengembalikan Lebanon ke zaman batu melalui perang habis-habisan di sana.

"Israel mampu membawa Lebanon kembali ke Zaman Batu, tetapi kami tidak ingin melakukannya," katanya, seperti diberitakan Al Jazeera.

Selain membahas permusuhan Israel dan Hizbullah, Yoav Gallant juga mengatakan Israel dan Amerika Serikat (AS) berupaya untuk mengurangi hambatan bagi AS yang sebelumnya terlambat mengirimkan pasokan senjata ke Israel.

Kunjungan ini menyusul tegangnya hubungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintah AS setelah Netanyahu menuduh AS sengaja menahan pasokan senjata untuk Israel.

“Hambatan telah dihilangkan dan telah diatasi," kata Yoav Gallant.

Baca juga: Siap Bekingi Israel Lawan Hizbullah, AS Pindah Pasukan ke Dekat Lebanon

"Kami mencatat kemajuan signifikan dalam masalah mobilisasi kekuatan dan pasokan amunisi," lanjutnya.

Selain itu, dia mengklaim Hamas sebagai formasi militer sebagian besar telah dibubarkan di Jalur Gaza.

“Kami telah menghancurkan sebagian besar batalyon dan formasi Hamas dan sekarang memerangi kantong-kantong perlawanan," katanya.

Ia juga menegaskan Israel akan merencanakan siapa yang akan memerintah di Jalur Gaza jika Hamas berhasil digulingkan.

"Kami sedang mengerjakan proposal untuk pemerintahan Gaza setelah perang pada hari berikutnya, yang mencakup mitra regional, Amerika Serikat, dan tentu saja partai lokal Palestina. Hal ini sebagian bergantung pada komunitas internasional, yang harus berpartisipasi dan tidak hanya mengkritik," lanjutnya, dikutip dari Aawsat.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah dan berjanji akan berhenti jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.

Jumlah Korban

Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.718 jiwa dan 86.377 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (27/6/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini