TRIBUNNEWS.COM -- Intelijen pertahanan Inggris menuding militer Rusia memaksa para migran yang datang ke negeri itu untuk ikut berperang ke garus depan melawan Ukraina.
Dikutip dari European Pravda, intel Inggris menyebut bukti pengerahan para migran tersebut terbukti dari pidato ketua Komite Investigasi Rusia, Aleksander Bastrykin yang menyebut Moskow memanfaatkan para migran yang dating ke Rusia.
Dalam pidatonya di Forum Hukum Internasional St Petersburg pada tanggal 27 Juni itu, sebut intel Inggris di media social X pada Selasa (2/7/2024), Bastrykin mengatakan bahwa sebanyak 30.000 migran dari Asia Tengah telah diidentifikasi menjadi warga Rusia.
Baca juga: Gempur Donetsk Dengan 2.793 Serangan, Rusia Klaim Rebut Spornoye dan Novoaleksandrovka
Dalam kesempatan itu, Bastrykin disebut sesumbar bahwa 10.000 dari mereka telah dikirim ke zona perang di Ukraina.
Ia mengatakan kalau para migran ini akan "menggali parit" dan melakukan tugas lain di belakang.
Sebelumnya, disebut oleh Pravda, sebuah media independen di Rusia mengabarkan bahwa lembaga penegak hukum Rusia sedang aktif merekrut pasukan secara ilegal ke para migran terutama dari Asia Tengah.
Para perekrut Rusia membujuk mereka untuk bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia dengan imbalan kewarganegaraan atau untuk menghindari penangkapan yang dibuat-buat.
Ini adalah cara lain bagi Federasi Rusia untuk meningkatkan rekrutmen sambil mencoba membatasi pengaruhnya terhadap kelompok masyarakat Rusia yang lebih aktif secara politik.
Ukraina Manfaatkan Narapidana
Sebelumnya Ukraina memanfaatkan narapidana di untuk bergabung menjadi anggota militer.
Pemerintah Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa mereka akan diterima menjadi tentara Ukraina dan langsung mendapatkan pembebasan bersyarat dan diproses untuk dilatih menjadi prajurit yang siap berperang.
Menteri Kehakiman Ukraina Denis Maliuska, mereka yang diterima langsung memberikan pembebasan bersyarat sebagai imbalan atas pengabdian mereka.
Baca juga: Pejabat AS Takut Invasi Israel ke Lebanon Bisa Seret Rusia dalam Konflik Hizbullah vs Israel
"Lebih dari 4.300 tahanan telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan militer dan dengan demikian akan memperoleh kebebasan mereka," kata Maliuska.
Maliuska, seperti dikutip dari New York Times, mengatakan bahwa pihaknya telah membebaskan sebanyak 350 napi yang telah mendaftar dalam wajib militer Ukraina tersebut.
Sementara ribuan lainnya yang telah mendaftar sedang diproses di pengadilan.
Meski demikian, jelasnya, tidak semua napi yang bisa diterima ikut mobilisasi militer. Mereka harus memenuhi syarat tertentu.
Maliuska mengungkap napi yang diterima ikut wajib militer Ukraina adalah yang masa hukumannya tidak lebih dari tiga tahun.
Pendaftaran tidak berlaku bagi tahanan kejahatan berat, seperti pembunuhan berencana, pemerkosaan, dan perdagangan narkoba, tidak memenuhi syarat.
Pria ini menambahkan bahwa dari para narapidana ini, diharapkan bisa menambah kekuatan militer Ukraina sebanyak 20.000 personel.