Pria tersebut menjelaskan bahwa dia memilih untuk menyerah karena komando Ukraina berencana mengerahkan brigade ke wilayah timur laut Kharkov, tempat pasukan Rusia melancarkan serangan sejak awal Mei, demikian yang dilaporkan RIA pada saat itu.
Berita ini muncul ketika Kiev sedang berjuang untuk menutupi kerugian besar yang dideritanya dalam pertempuran dengan Rusia.
Diumumkan oleh Ukraina tak lama setelah dimulainya konflik, kampanye mobilisasi besar-besaran telah dirusak oleh meluasnya penghindaran wajib militer dan korupsi, serta upaya untuk meninggalkan negara tersebut.
Musim semi ini, Kiev secara signifikan memperluas aturan wajib militer dan menurunkan batas usia dari 27 menjadi 25 tahun.
Pada bulan Juni, pejabat senior Dinas Perbatasan Ukraina, Igor Matviychuk, mengatakan bahwa lebih dari 100 orang berupaya meninggalkan negara itu setiap hari untuk menghindari wajib militer.
Para pengelak wajib militer sering kali menghadapi kondisi berbahaya dalam upaya mereka untuk melarikan diri.
Dinas Perbatasan Ukraina mengatakan pada bulan Juni bahwa lebih dari 45 pria Ukraina tewas di medan yang sulit saat melarikan diri dari negara tersebut, dan menambahkan bahwa sebagian besar dari mereka tenggelam ketika berusaha menyeberangi Sungai Tisza.
Sungai ini mengalir melintasi barat daya Ukraina, Rumania, Hongaria, Slovakia, dan Serbia. Sepuluh orang dipastikan tenggelam di sungai pada bulan Mei saja.
Pasukan Kiev juga terus menderita kerugian besar di garis depan, menurut Kementerian Pertahanan Rusia. Militer Ukraina baru-baru ini kehilangan sekitar 13.500 prajurit hanya dalam satu minggu, katanya dalam sebuah laporan pada hari Jumat.
Sumber: Russia Today