News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

PM Inggris Keir Starmer Desak Netanyahu Lakukan Gencatan Senjata, Dukung Solusi Dua Negara

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PM Inggris Keir Starmer dan PM Israel Benjamin Netanyahu.

Ketika Keir Starmer terpilih untuk memimpin Partai Buruh Inggris pada tahun 2020, tepat setelah partai tersebut mengalami kekalahan terburuk dalam pemilihan umum dalam 85 tahun, ia menjalankan misinya untuk menjadikan Partai Buruh dapat dipilih kembali.

Empat tahun kemudian, setelah 14 tahun pemerintahan dipimpin oleh saingannya Partai Konservatif, Starmer membuktikan kata-katanya.

Ia memenangkan pemilu dan terpilih menjadi perdana menteri Inggris.

Dilansir CBS News, Partai Buruh telah memenangkan 412 kursi di House of Commons Parlemen Inggris yang memiliki 650 kursi.

Sedangkan Partai Konservatif hanya meraih 121 suara.

Mantan Perdana Menteri Rishi Sunak mengakui kekalahannya pada Jumat pagi.

Ia mengatakan bahwa para pemilih telah memberikan "putusan serius" terhadap Partai Konservatifnya,

Baca juga: Wakil Menteri Tenaga Kerja Palestina Tewas Dibom Israel di Gaza, Istri dan Putrinya Bernasib Sama

Sunak segera menuju ke Istana Buckingham dan mengajukan pengunduran dirinya kepada Raja Charles III.

Starmer, 61 tahun, telah menghadapi kritik selama bertahun-tahun karena dianggap kurang berkarisma.

Namun misi metodologisnya untuk menarik Partai Buruh kembali ke pusat politik Inggris dan memperluas daya tarik pemilih membuahkan hasil.

Starmer dan Partai Buruh juga "mengambil kesempatan" dalam penderitaan ekonomi dan kekacauan politik selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan Konservatif.

Starmer kini mengambil kendali pemerintahan dengan tugas yang sangat besar, dengan kepercayaan masyarakat Inggris terhadap politisi berada pada titik terendah, jumlah anak-anak di Inggris yang hidup dalam kemiskinan mencapai rekor tertinggi, serta bergulat dengan cara menangani lonjakan dukungan terhadap aliran politik sayap kanan, anti-imigran yang mengakar di seluruh Eropa.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini