News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Meski AS Optimis Mediasi Gencatan Senjata di Gaza Berhasil, Ahli Malah Pesimis akan Sikap Netanyahu

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan di kota pesisir Israel Tel Aviv, pada 14 Juni 2014.

TRIBUNNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) kini sangat optimis terkait perundingan gencatan senjata di Gaza.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan kesenjangan antara Hamas dan Israel sudah dapat dipersempit.

"Kami sangat optimis bahwa segala sesuatunya bergerak ke arah yang baik," kata Kirby kepada CNN.

Meski begitu, Kirby tidak memungkiri terdapat celah yang tersisa di antara Hamas dengan Israel.

Maka dari itu, dirinya meyakini, Direktur CIA Bill Burns dapat mempersempit celah tersebut.

"Masih ada celah yang tersisa di antara kedua belah pihak. Kami yakin celah tersebut dapat dipersempit, dan itulah yang sedang coba dilakukan Brett McGurk dan Direktur CIA Bill Burns saat ini," ucapnya lagi.

Meski AS sangat optimis gencatan senjata di Gaza bisa berhasil, berbeda dengan para ahli.

Asisten profesor kebijakan publik di Institut Studi Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout mengatakan dirinya "cukup pesimis" dengan perundingan gencatan senjata antara Hamas dengan Israel saat ini.

Tamer Qarmout mengatakan, hal tersebut dikarenakan “putaran negosiasi sebelumnya telah gagal total”.

"Kami telah mendengar bahwa Netanyahu dan menteri pertahanannya telah menyatakan ketidaksetujuan atas kesepakatan gencatan senjata Gaza," kata Qarmout kepada Al Jazeera.

"Jadi, mari kita tunggu dan lihat. Ada begitu banyak faktor yang tidak diketahui," lanjutnya.

Baca juga: Oposisi Israel Tawarkan Bantuan kepada Netanyahu Jika Dia Menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata

Ia menambahkan, menurutnya ini adalah dorongan terakhir pemerintahan Biden untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza.

"Setelah dorongan ini, jika segala sesuatunya tidak berjalan baik, maka rakyat Amerika akan sibuk dengan pemilu mereka dan perang Gaza akan menjadi prioritas kedua atau ketiga bagi mereka," ungkap Qarmout.

Ia juga menunjukkan, Netanyahu telah menyabotase banyak negosiasi masa lalu.

"Jika putaran ini ingin berhasil, maka saya rasa diperlukan tekanan Amerika yang nyata dan tulus serta beberapa tenggat waktu dari Washington," tegasnya.

Serangan Baru Israel

Penduduk Kota Gaza terjebak di dalam rumah dan mayat-mayat tergeletak tak bernyawa di jalan-jalan akibat serangan baru Israel yang gencar pada hari Kamis.

Padahal, saat ini Washington tengah mendorong kesepakatan damai dalam perundingan di Mesir dan Qatar.

Militan Hamas mengatakan serangan besar-besaran Israel terhadap Kota Gaza minggu ini dapat menghancurkan upaya untuk mengakhiri perang, tepat saat negosiasi memasuki tahap akhir.

Baca juga: AS dan Qatar Tunggu Klarifikasi Netanyahu Soal Pernyataan yang Dapat Ganggu Mediasi Gencatan Senjata

Sebagai rumah bagi lebih dari seperempat penduduk Gaza sebelum perang, Kota Gaza hancur selama minggu-minggu pertama pertempuran tahun lalu

Dikutip dari Reuters, tetapi ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke rumah-rumah mereka di reruntuhan.

Mereka kini sekali lagi diperintahkan keluar oleh militer Israel.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pihaknya menerima laporan mengenai orang-orang yang terjebak dan lainnya tewas di dalam rumah mereka di distrik Tel Al Hawa dan Sabra di Kota Gaza.

Dan tim penyelamat pun tidak dapat menjangkau mereka yang berada di dalam reruntuhan rumah.

Baca juga: Oposisi Israel Tawarkan Benjamin Netanyahu Jaring Pengaman Politik untuk Gencatan Senjata di Gaza

Dinas Darurat Sipil mengatakan pihaknya memperkirakan sedikitnya 30 orang tewas di wilayah Tel Al-Hawa dan Rimal dan tidak dapat menemukan mayat di jalan-jalan di sana.

Meskipun ada instruksi militer pada hari Rabu kepada penduduk Kota Gaza bahwa mereka dapat menggunakan dua "rute aman" untuk menuju ke selatan, banyak penduduk menolak untuk mengindahkan perintah tersebut.

"Kami akan mati, tetapi tidak akan pergi ke selatan. Kami telah menahan kelaparan dan bom selama sembilan bulan dan kami siap mati sebagai martir di sini," kata Mohammad Ali (30), yang dihubungi melalui pesan teks.

Ali, yang keluarganya telah pindah beberapa kali di kota itu, mengatakan mereka kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.

"Pendudukan membombardir Kota Gaza seolah-olah perang akan dimulai kembali."

"Kami berharap akan ada gencatan senjata segera, tetapi jika tidak, maka itu adalah kehendak Tuhan," ujarnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini