TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman mengklaim ribuan warga Yaman siap menjadi sukarelawan dalam pertempuran melawan Israel.
Pemimpin Houthi, Abdul-Malik al-Houthi, mengatakan agresi Israel yang sudah berlangsung 10 bulan di Jalur Gaza telah menjadi ujian serius bagi kemanusiaan.
Untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina, Houthi melancarkan serangan terhadap kapal-kapal terafiliasi Israel, Amerika Serikat (AS), dan Inggris di Laut Merah.
AS dan sekutunya kemudian melancarkan operasi di lautan untuk menghalangi serangan Houthi. Namuan, operasi itu dinilai gagal.
"Amerika tak bisa menghentikan operasi militer Angkatan Bersenjata Yaman karena mereka punya dasar dalam keyakinan kita. Ribuan warga Yaman ingin bergabung dalam pertempuran untuk melawan Zionis," ujar Abdul-Malik dalam pidatonya pada Kamis (11/7/2024), dikutip dari Press TV.
Dia mengatakan belum pernah ada dukungan sebesar saat ini dari negara-negara Arab untuk rakyat Palestina
Menurut dia, dukungan dari para pejuang Lebanon, Yaman, dan Irak sangat penting dalam melawan Israel.
Abdul-Malik menegaskan semua dukungan itu berada dalam koordinasi penuh dengan kelompok Palestina.
Front dukungan kepada Palestina kini menghadapi tekanan yang bertujuan untuk menghentikan mereka dan mengucilkan rakyat Palestina.
Kata pemimpin Houthi itu, kelompok Hizbullah di Lebanon berhasil menghancurkan formasi pasukan Israel di wilayah Palestina utara yang diduduki Israel. Hal itu membuat ribuan pemukim Israel harus angkat kaki dari sana.
Abdul-Malik kembali menegaskan Hizbullah kuat dan efektif dalam melawan Israel.
Baca juga: Kabur dari Perairan Yaman, Angkatan Laut AS & Inggris Disebut Ketakutan Lawan Rudal Houthi
Sementara itu, selam seminggu ini kelompok Perlawanan Islam di Irak melancarkan tiga operasi yang menyasar target-target penting di Israel.
AS dan Inggris ketakutan
Houthi menyebut AS dan Inggris ketakutan melawan rudal balistik milik kelompok Yaman itu.
Menurut Houthi, AS dan sekutunya gagal menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal terafiliasi Israel di Laut Merah dan Teluk Aden.
"Angkatan Laut AS dan Inggris gentar oleh rudal balistik Angkatan Bersenjata Yaman," ujar Abdul-Malik.
Dia juga menyebut angkatan laut Barat kini pergi meninggalkan perairan Yaman.
Menurut Abdul-Malik, sejauh ini Houthi sudah menyerang 166 kapal dagang yang terafiliasi Israel, AS, dan Inggris.
Kata dia, pejabat Israel juga takut melawan kekuatan militer Houthi. Bahkan, Institut Kajian Keamanan Israel (INSS) mengakui Israel merugi banyak karena serangan Houthi di Laut Merah.
Abdul-Malik menyinggung operasi militer Houthi minggu ini yang nenargetkan sebuah kapal AS di timur laut Pulau Sokotra.
Dia mengatakan rudal hipersonik "Hatem" telah membuat gentar kapal induk AS dan kapal perusak Barat di lautan.
Menurut dia, beberapa warga AS menyamakan kaburnya kapal induk AS itu seperti "seekor gajah yang kabur dari seekor tikus".
Dia menyebutnya sebagai peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah peperangan.
Peringatkan Arab Saudi
Houthi menuding Arab Saudi membantu AS dalam melawan operasi Houthi. Menurut Houthi, situasi seperti itu adalah suatu "kebodohan".
Dilansir Al Mayadeen, Abdul-Malik mengatakan AS berusaha melibatkan Arab Saudi dalam melancarkan agresi dan eskalasi terhadap Yaman melalui sektor ekonomi.
Dia menyebut keputusan Arab Saudi untuk memblokade penerbangan dari Bandara Sanaa di Yaman adalah hal yang tak bisa diterima sepenuhnya.
Di samping itu, dia mengecam hasutan Inggris dan AS serta menyindir pedas tindakan Arab Saudi yang menargetkan bank, lembaga keuangan swasta, dan perusahaan.
Menurut Abdul-Malik, tindakan itu tidak adil dan tidak bisa ditoleransi.
"Tindakan agresif kalian sejalan dengan perintah AS yang bertujuan untuk menguntungkan Israel, dan semua upaya untuk memaksa kami menarik dukungan bagi Gaza itu sia-sia."
"Peringatkan kami kepada Arab Saudi pada awal tahun Hijriah ini serius dalam setiap perkataan."
(Tribunnews/Febri)