Herzi Halevi juga dituduh Brick menginvestasikan bantuan AS sebesar 18 miliar dolar AS selama sepuluh tahun terakhir untuk membeli lebih banyak pesawat tempur, yang menurut Brick “tidak akan relevan dalam perang yang akan datang pada dekade berikutnya.”
Brick menyerukan agar Israel lebih memperbanyak dan mengandalkan “alat pertahanan yang lebih efisien dan lebih murah, seperti laser,” mengingat sistem pertahanan macam David’s Sling dan Iron Dome tidak praktis.
Brick mengatakan bahwa Halevi tidak memahami “karakteristik perang dan membeli drone yang dibutuhkan Israel.”
Pensiunan jenderal tersebut menyatakan bahwa Halevi "sedang mencoba untuk menunda akhir masa jabatannya" untuk tetap pada posisinya sebagai kepala staf, dan dengan demikian mempercepat berakhirnya angkatan bersenjata.
Kebodohan Berulang
Terkait kelemahan IDF dalam perannya bagi keamanan Israel, Jenderal tinggi Pentagon, Selasa (21/5/2024) silam juga mengkritik strategi militer tentara Israel dalam upaya mereka memberantas gerakan Hamas di Gaza.
Jenderal tersebut menilai, Israel melakukan kebodohan berulang karena tidak menduduki wilayah yang telah mereka kuasai di Gaza.
Alih-alih menetap, tentara Israel memilih untuk mundur dan menarik pasukan dari wilayah tersebut setelah “membersihkan” wilayah tersebut dari pejuang Perlawanan Palestina, kata sang jenderal menurut laporan Politico.
Baca juga: Israel Salah Langkah di Jabalia, Al Qassam Robohkan 30 IDF Sekali Tepuk, Jenderal Ambruk di Zaytoun
“Anda tidak hanya harus benar-benar masuk dan menyingkirkan musuh apa pun yang Anda hadapi, Anda juga harus masuk, mempertahankan wilayah tersebut, dan kemudian Anda harus menstabilkannya,” kata Jenderal Charles Brown, komandan kepala staf gabungan pasukan AS , berdasarkan pengalaman sebelumnya di Timur Tengah.
Patut dicatat, pasukan Israel berulang kali dipaksa mundur dari wilayah yang mereka klaim telah mereka kuasai karena serangan dari milisi Perlawanan Palestina.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Brown mengatakan, taktik perang Israel yang meninggalkan suatu daerah setelah “mengusir pejuang Hamas” pada kenyataannya memberikan peluang kepada milisi Perlawanan untuk menggalang ulang kekuatan.
Hal ini jelas mempersulit IDF untuk menstabilkan situasi di lapangan wilayah yang mereka klaim sudah bisa 'dibersihkan'.
Dia juga mengklaim kalau langkah IDF menarik mundur pasukan dan keluar dari wilayah yang sudah dikuasai tersebut "merusak upaya kemanusiaan" di Gaza.
Setelah pasukan pendudukan Israel membersihkan lokasi para petempur milisi perlawanan, mereka tidak bertahan (menetap), sehingga memungkinkan musuh untuk menetap kembali di daerah tersebut jika Anda tidak berada di sana,” kata komandan tertinggi militer AS tersebut.
"Harus kembali ke tempat yang sama berkali-kali "membuatnya menjadi tantangan [bagi Israel] dalam mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan dan mengalahkan Hamas secara militer," tambah Brown.