3.426 cedera dan 497 kematian di Tepi Barat dan Gaza melibatkan guru dan administrator.
Sekitar 353 sekolah pemerintah, universitas, gedung universitas, dan 65 milik Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNRWA) dibom dan dirusak di Jalur Gaza, yang menyebabkan 139 di antaranya rusak parah, dan 93 hancur total.
Sementara itu, 69 sekolah dan lima universitas di Tepi Barat diserbu dan dirusak. 133 sekolah pemerintah juga digunakan sebagai pusat perlindungan di Jalur Gaza.
Kementerian tersebut menegaskan bahwa 620.000 siswa di Jalur Gaza masih tidak dapat mendaftar di sekolah mereka sejak awal agresi, dan 88.000 siswa juga tidak dapat mendaftar di universitas mereka.
Pendudukan tersebut juga menyebabkan 39.000 siswa dari Jalur Gaza tidak dapat mengikuti ujian sekolah menengah atas.
Pada bulan Mei, kelompok hak asasi manusia yang berpusat di Jenewa menuduh "Israel" secara sengaja menghancurkan sekolah dan fasilitas medis, termasuk yang dioperasikan oleh UNRWA, selama genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania (Euro-Med), serangan Israel menghancurkan beberapa sekolah dan klinik medis di lingkungan al-Zaytoun, Kota Gaza, yang memaksa banyak keluarga mengungsi secara paksa.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)