Hamas belum memberikan komentar langsung atas klaim Israel tersebut.
Membunuh Deif akan menjadi dorongan moral yang sangat dibutuhkan bagi Israel, yang dalam hampir 10 bulan pertempuran sejauh ini gagal mengalahkan salah satu dari tiga pemimpin Hamas di Gaza.
Penargetan Deif dan serangan mematikan berikutnya di Gaza tampaknya telah menyebabkan kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan yang diadakan di Qatar dan Mesir.
Pembicaraan terhenti pada hari Sabtu, kata mediator Mesir kepada media lokal.
Perundingan Gencatan Senjata Terhenti Lagi
Upaya untuk mengakhiri konflik terhenti pada hari Sabtu setelah tiga hari negosiasi gagal menghasilkan hasil yang layak, kata sumber keamanan Mesir.
Dikutip dari Reuters, serangan itu menewaskan lebih dari 90 orang di daerah Khan Younis, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Baca juga: Uni Eropa Sanksi Ekstremis Israel Atas Pelanggaran HAM Warga Palestina
Seorang pejabat Palestina yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan kepada Reuters, Hamas tidak ingin dianggap menghentikan perundingan meskipun serangan Israel meningkat.
"Hamas ingin perang berakhir, bukan dengan cara apa pun. Hamas mengatakan telah menunjukkan fleksibilitas yang dibutuhkan dan mendesak para mediator agar Israel membalas," kata pejabat itu.
Ia mengatakan Hamas yakin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencoba menghindari kesepakatan dengan menambahkan lebih banyak persyaratan yang membatasi kembalinya orang-orang terlantar ke Gaza utara.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pada hari Senin bahwa dua penasihat senior Netanyahu mengatakan Israel masih berkomitmen untuk mencapai gencatan senjata.
Namun, seorang sumber mengatakan Netanyahu secara aktif telah menyabotase kemungkinan terjadinya kesepakatan tersebut.
Sumber itu mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa Netanyahu melakukan hal tersebut guna mencegah runtuhnya pemerintahannya.
Baca juga: Israel Mengatakan Pelabuhan Eilat ‘Bangkrut’ Setelah Berbulan-bulan Alami Blokade Laut oleh Houthi
Maka dari itu, kata sumber tersebut, Netanyahu memperkenalkan dua elemen baru dalam negosiasi.
Pertama, Netanyahu menegaskan bahwa IDF harus tetap mengendalikan zona penyangga kritis antara Mesir dan Gaza yang dikenal dengan Koridor Philadelphia.