TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara Israel di Jalur Gaza membuat setidaknya 60 orang tewas.
Serangan tersebut membuat sekolah yang berada di "zona aman" hancur.
Padahal, lokasi "zona aman" ini ditetapkan sendiri oleh Israel saat mengumumkan evakuasi segera terhadap penduduk Gaza.
Bulan Sabit Merah mengatakan pada hari Selasa bahwa 17 orang tewas dalam sebuah pengeboman di dekat sebuah pom bensin di Mawasi.
Dikutip dari The Guardian, sebanyak 16 orang lainnya tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan sekolah al-Awda yang dikelola PBB di kamp pengungsian Nuseirat di Gaza tengah.
Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan militan Hamas hadir di sekolah tersebut.
Belum ada komentar langsung mengenai serangan di Mawasi, tetapi militer mengatakan angkatan udara telah menyerang sekitar 40 target di Gaza pada hari Selasa.
Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam Palestina, sekutu Hamas, mengatakan para pejuang mereka telah menyerang pasukan Israel di beberapa lokasi dengan roket anti-tank dan bom mortir.
Sayap bersenjata Jihad Islam mengatakan telah menembakkan rudal ke Sderot di Israel selatan, tetapi tidak ada kerusakan atau korban yang dilaporkan.
Selama dua minggu terakhir, Israel telah menyerang wilayah Palestina yang terkepung dengan beberapa pemboman paling dahsyat dalam beberapa bulan.
Serangan paling mematikan di antaranya menargetkan komandan militer Hamas, Mohammed Deif di Mawasi pada Sabtu.
Baca juga: Mesir Mempersiapkan Perang Yom Kippur Baru, Siap untuk Kejutan Militer, Kata Situs Media Israel
Dalam serangan tersebut, pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 90 orang.
Masih belum jelas apakah Deif, yang dicari oleh Israel selama beberapa dekade, tewas dalam serangan itu.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, IDF mengatakan telah "melenyapkan" sekitar setengah dari pimpinan Hamas di Gaza dan 14.000 tentara sejak perang meletus.