Berdasarkan hasil pemindaian CAT tidak menunjukkan tanda-tanda trauma akibat benda tumpul, yang memperkuat hipotesis bahwa mereka telah diracun.
Dekan kedokteran Chulalongkorn, Chanchai Sittipunt, mengatakan bahwa tim tersebut mengetahui cukup banyak tentang sianida untuk menentukan bahwa kemungkinan besar sianida adalah penyebab kematian mereka.
Korban
Kepala polisi Bangkok, Letnan Jenderal Thiti Sangsawang, mengidentifikasi korban tewas sebagai dua warga negara Amerika Serikat dan empat warga negara Vietnam, dan mengatakan bahwa mereka terdiri dari tiga pria dan tiga wanita.
Usia mereka berkisar antara 37 hingga 56 tahun, menurut Wakil Kepala Polisi Bangkok, Noppasin Punsawat.
Ia mengatakan bahwa kasus ini tampaknya bersifat pribadi dan tidak akan berdampak pada keselamatan para turis.
Investasi
Seorang suami dan istri di antara korban tewas telah menginvestasikan sekitar 10 juta baht ($278.000) dengan dua korban lainnya, dan itu bisa menjadi motifnya, kata Noppasin, mengutip informasi yang diperoleh dari kerabat.
Baca juga: Perempuan Ini Bunuh Suami dan 5 Anggota Keluarganya dengan Racun Sianida Gara-gara Utang Judi
Investasi tersebut dimaksudkan untuk membangun rumah sakit di Jepang dan kelompok tersebut mungkin telah bertemu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Polisi mengatakan bahwa salah satu dari mereka membunuh yang lainnya, namun tidak mengatakan siapa di antara keenam orang tersebut yang menjadi tersangka.
Kepala polisi Bangkok, Letnan Jenderal Thiti Sangsawang, pada hari Selasa mengatakan empat mayat berada di ruang tamu dan dua mayat di kamar tidur.
Dia mengatakan dua mayat tampak berusaha meraih pintu tapi pingsan sebelum berhasil.
Noppasi mengatakan orang ketujuh yang namanya tercantum dalam pemesanan hotel adalah saudara kandung dari salah satu dari enam orang tersebut dan meninggalkan Thailand pada tanggal 10 Juli.
Polisi yakin bahwa orang ketujuh ini tidak terlibat dalam kematian tersebut.
"Kedutaan Besar Vietnam dan Amerika Serikat telah dihubungi terkait kematian tersebut, dan FBI sedang dalam perjalanan," kata Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin.
“Ini bukan tindakan terorisme atau pelanggaran keamanan. Semuanya baik-baik saja,” katanya.