TRIBUNNEWS.COM - Asal muasal terjadinya gangguan siber skala global yang terjadi pada hari Jumat (19/7/2024) ini akhirnya terungkap.
Sebelumnya, gangguan teknologi global yang terjadi pada Jumat, mempengaruhi penerbangan, perbankan, dan operasi perusahaan di beberapa negara, termasuk Singapura, Amerika Serikat, Britania Raya, India, dan Australia.
Setelah penelusuran lebih lanjut, akhirnya terungkap bahwa gangguan teknologi global yang terjadi hari ini disebabkan karena masalah pembaharuan dari perangkat lunak yang diproduksi oleh perusahaan keamanan digital utama di Amerika Serikat, CrowdStrike.
Dikutip Tribunnews dari CNN, para ahli ilmu Informasi dan Teknologi di AS menyimpulkan gangguan komputer global yang mempengaruhi bandara, bank, dan bisnis lainnya pada hari ini bermuara pada pembaruan perangkat lunak yang dikeluarkan CrowdStrike.
Saat ditanyai lebih lanjut oleh media, pihak CrowdStrike pun membenarkan temuan tersebut.
Pada hari Jumat ini, CEO CrowdStrike, George Kurtz memberitahukan informasi terkait gangguan global yang terjadi hari ini kepada pelanggannya.
Dalam pesan yang dibagikan melalui X tersebut, Kurtz menjelaskan bahwa gangguan siber global hari ini disebabkan oleh "kecacatan" yang ditemukan dalam satu pembaruan konten tunggal dari perangkat lunaknya pada sistem operasi Microsoft Windows.
Kurtz mengaku sudah meminta para insinyur atau tenaga ahli di perusahaannya untuk mengambil tindakan lanjut guna mengatasi masalah ini
Dalam postingnya, Kurtz juga mengatakan bahwa masalah tersebut telah diidentifikasi dan diisolasi, serta insinyur telah menerapkan pembaruan untuk memperbaiki masalah tersebut.
Adapun dalam rilis yang dibagikan CrowdStrike kepada media, mereka memberi tahu pelanggan yang mengalami gangguan untuk me-reboot atau menyalakan ulang komputer mereka dan melakukan sejumlah tindakan lainnya jika mereka masih mengalami masalah teknis.
Adapun masalah tekhnik ini khusus terkait pada perangkat lunak Falcon yang diproduksi oleh CrowdStrike.
Baca juga: Situasi Bandara Changi Kacau akibat Gangguan Siber Skala Dunia, Check-In Manual Jadi Solusi Darurat
Falcon sendiri merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk melindungi file yang disimpan di cloud.
Seperti produk keamanan siber lainnya, perangkat lunak Falcon ini memerlukan akses ke tingkat yang dalam pada sistem operasi komputer untuk melakukan pemindaian terhadap ancaman-ancaman dari eksternal sistem.
Dalam kasus ini, komputer yang menjalankan Microsoft Windows tampaknya mengalami gangguan karena pembaharuan yang bermasalah dalam kode perangkat lunak yang dikeluarkan oleh CrowdStrike dalam sistem Windows.
Meskipun begitu, CrowdStrike mengatakan masalah perangkat lunak ini tidak mempengaruhi komputer yang menggunakan Mac atau Linux sehingga dapat dipastikan masalah siber global yang terjadi hari ini hanya terjadi di komputer yang menggunakan sistem operasi Windows.
(Tribunnews.com/Bobby)