TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin gerakan Ansar Allah Yaman (Houthi), Abdul Malik al-Houthi, mengatakan serangan Israel di Hodeidah pada Sabtu (20/7/2024) hanyalah untuk pamer.
Ia mengatakan musuh Zionis memilih targetnya di Hodeidah dalam konteks menargetkan perekonomian Yaman.
“Musuh mempunyai tujuan lain, yaitu memamerkan adegan api dan asap yang mengepul untuk menggambarkan serangannya sebagai pencapaian besar," kata Al-Houthi dalam pidatonya, Minggu (21/7/2024).
“Israel ingin menunjukkan kepada penonton yang marah dan ketakutan di lokasi kebakaran bahwa mereka telah mencapai prestasi besar dan memberikan pukulan yang menyakitkan bagi Yaman," lanjutnya.
Menurutnya, operasi Houthi terhadap kapal-kapal terkait Israel dan operasi Hizbullah di Lebanon memberikan dampak terhadap Israel.
“Musuh ingin memonopoli rakyat Palestina di Gaza dan membangun strateginya berdasarkan hal itu, dan hal pertama yang mempengaruhi arah pendudukan adalah front dukungan di Lebanon, yang memiliki pengaruh dan kontribusi besar untuk meringankan beban di Gaza," kata Al-Houthi.
"Operasi angkatan bersenjata Yaman mempunyai dampak yang signifikan terhadap arah pendudukan dan efektif serta berpengaruh terhadap musuh secara ekonomi," lanjutnya.
Houthi Tingkatkan Operasi Militer
Al-Houthi menegaskan operasi gabungan antara tentara Yaman dan perlawanan Islam di Irak mempunyai dampak langsung dan signifikan terhadap musuh.
"Musuh mengakui perkembangan kemampuan kami dan taktik, teknik, dan sarana baru yang memiliki dampak signifikan, dan musuh tidak mampu menghentikannya," ujarnya.
Ia mengulangi dukungan Houthi untuk Palestina dengan mengancam akan memperluas operasi yang menargetkan kapal terkait Israel di Samudra Hindia dan Laut Mediterania.
Baca juga: Israel Rilis Video saat Ngebom Houthi di Yaman, Pakai Jet Tempur F35, F16, F15
“Dengan berlanjutnya genosida di Gaza dan kelaparan, negara kami cenderung meningkatkan dan memperluas cakupan operasi ke Samudra Hindia dan Laut Mediterania," katanya.
"Kedatangan pasukan jauh ke dalam wilayah musuh sangat mengganggunya, dan mewakili persamaan baru dan penting, dan ini belum pernah terjadi sebelumnya di luar Palestina," ujarnya.
Dia menekankan Houthi menargetkan Jaffa (Tel Aviv), yang merupakan pukulan moral yang besar bagi musuh dan inilah yang diungkapkan oleh para pemimpinnya.
Tel Aviv Tidak Aman
Al-Houthi mengatakan Tel Aviv menjadi zona tidak aman bagi Israel.
“Musuh tidak lagi aman di tempat yang disebut Tel Aviv. Ini adalah masalah nyata bagi musuh dan persamaan baru yang akan terus berlanjut, Insya Allah, dan menunjukkan kegagalan para pelindung dan agen," katanya, merujuk pada AS yang melindungi Israel di kawasan itu melalui agennya.
Ia juga membantah tuduhan Israel dan sekutunya yang mengatakan Houthi mendapat drone dari pihak lain.
"Pesawat itu diproduksi oleh Yaman dan diluncurkan oleh pasukan Yaman, dan bukan, seperti yang diklaim beberapa orang, bahwa pesawat itu diproduksi dan diluncurkan oleh kekuatan lain," katanya.
Israel menyadari kelanjutan agresi di Jalur Gaza akan menimbulkan masalah dan krisis di sana, mengingat Houthi dan Hizbullah masih melanjutkan serangannya untuk menekan Israel.
Menurut Al-Houthi, Israel menyerang Hodeidah bukan semata-mata untuk membalas serangan drone pada 19 Juli 2024 di Jaffa (Tel Aviv), namun karena Israel merasa tertekan dan memastikan tetap mendapat perlindungan Amerika Serikat saat menyerang Yaman.
“Agresi (di Yaman) tidak akan menghalangi kami untuk melanjutkan fase kelima dukungan terhadap Gaza,” katanya.
"Jika serangan dan penargetan fasilitas sipil di negara kami berdampak pada rakyat kami, maka penggerebekan agen-agen Amerika akan berdampak pada mereka," ujarnya.
Al-Houthi juga memperingatkan warga Israel agar menyadari bahwa para pemimpinnya menyeret mereka ke dalam bahaya.
“Israel harus lebih khawatir dan menyadari bahwa para pemimpin mereka yang bodoh sedang menyeret mereka ke dalam bahaya yang lebih besar," katanya.
“Kami senang dengan pertempuran langsung antara kami dan musuh Israel, serta Amerika Serikat, karena kebijakan mereka adalah melawan kami melalui agen," ujarnya.
Al-Houthi menegaskan Houthi melakukan pertempuran suci dengan mendukung rakyat Palestina, dan siapa pun yang mempertanyakan posisi mereka harus melakukan hal yang sama atau lebih dari yang Houthi lakukan.
Sejak 19 November 2023, Houthi menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya di Jalur Gaza.
Houthi mengatakan mereka tidak akan menghentikan serangannya di Laut Merah sampai berakhirnya agresi Israel di Jalur Gaza, pencabutan pengepungan di Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Sementara itu sekutu Israel, AS, bersama Inggris membentuk koalisi Laut Merah untuk menyerang wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman dan menekan Houthi agar berhenti menyerang kapal-kapal terkait Israel di kawasan itu.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.983 jiwa dan 89.622 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (21/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Xinhua.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel