TRIBUNNEWS.com - Dokter asli Palestina yang bertempat tinggal di Gaza, Khamis Elessi, menceritakan pilihannya untuk menetap di wilayah kantong itu, meski serangan Israel masih terus berlangsung.
Elessi, yang bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Gaza, mengungkapkan alasannya menetap di wilayah kantong tersebut.
Padahal, sejak awal penyerangan Israel 7 Oktober 2023 lalu, ia sudah menerima tawaran bekerja untuk organisasi internasional di Gaza selatan, bahkan di luar Gaza.
"Namun, saya memutuskan untuk tetap tinggal di Gaza dan mengabdi kepada rakyat Palestina, sama seperti rekan-rekan saya yang lain," ungkap Elessi kepada Anadolu Ajansi, Senin (22/7/2024).
Meski harus bertahan menyelamatkan pasien-pasien di tengah serangan Israel, Elessi meyakini keputusannya untuk tetap berada di Gaza adalah hal yang tepat.
"Insya Allah keputusan kami tepat dan kami akan mendapatkan berkah," imbuh dia.
Lebih lanjut, Elessi bercerita tentang keluarganya dan penduduk lainnya di Gaza yang telah mengungsi berkali-kali akibat serangan Israel.
Sebelum serangan Israel dimulai, keluarga Elessi tinggal di lingkungan Tel el-Hawa.
Tetapi, mereka harus pindah ke lingkungan Derec, lalu ke Zeitoun dekat Rumah Sakit Indonesia, karena banyak rumah di lingkungan tersebut dibom.
Setidaknya, Elessi dan keluarganya berpindah tempat tinggal sebanyak 11-12 kali antara Tel el-Heva dan Derec
Pada 7 Juli 2024, saat bertugas di rumah sakit, Elessi menerima telepon dari putranya yang memberitahukan Israel ingin semua orang meninggalkan daerah itu.
Baca juga: Lelah Hadapi Hamas, Mayoritas Pasukan Israel Ingin Gencatan Senjata, Dukung Pertukaran Sandera
Ia pun bergegas pulang dan melihat ribuan orang bermigrasi menuju Gaza barat.
"Kami segera mengemasi tas dan barang-barang kami, lalu berangkat."
"Pertama-tama, kami pergi ke rumah saudara perempuan saya yang terbakar, tapi daerah itu juga diserang," kisah dia.
Dalam keadaan terpaksa, Elessi dan keluarganya berpindah lagi menuju daerah Al-Nasr.
"Namun, setelah mendapat peringatan dari tentara Israel di sana, kami pindah lebih jauh ke utara."
"Kami tinggal di sana selama sekitar empat hari sebelum akhirnya kembali ke rumah," ungkap Elessi.
Selama berpindah-pindah, Elessi meminta anak-anaknya untuk mengambil foto dirinya dan orang lain.
Foto-foto itu diunggah Elessi di media sosial agar seluruh dunia bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di Gaza.
Elessi juga ingin memberi tahu pada seluruh dunia, ia yang merupakan seorang profesor, harus melalui hal-hal yang tak semua orang bisa membayangkan.
Baca juga: Mimpi Buruk bagi Israel, Digempur 65 Rudal Hizbullah dan Drone Houthi di Hari yang Sama
"Saya mengunggah foto-foto ini di media sosial agar orang-orang dapat melihat perjalanan seorang profesor, yang mengajar di banyak universitas dan berhubungan dengan para dokter dari seluruh dunia, dan apa yang kami lalui," tuturnya.
"Saya melakukan ini untuk meningkatkan kesadaran tentang pemindahan paksa," sambungnya.
Diketahui, Elessi sudah mendedikasikan dirinya dalam bidang neurorehabilitasi dan algologi selama 15 tahun terakhir.
Ia juga mengajar untuk mata kuliah neurologi, algologi, dan perawatan paliatif.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)