TRIBUNNEWS.com - Militer Israel mengakui pasukannya bertanggung jawab atas pengeboman tempat cadangan air minum di kamp pengungsi Tal al-Sultan, Rafah, Gaza selatan, Senin (29/7/2024).
Mereka juga mengatakan penyelidikan telah dimulai terkait pengeboman tersebut.
Tetapi, harian Israel, Haaretz, melaporkan ledakan itu terjadi "tanpa mendapat izin dari senior Komanda Selatan."
Haaretz menjelaskan tempat cadangan air minum yang dibom berada di wilayah di mana sebagian besar warga Palestina mengungsi.
"Cadangan air minum ini dekat dengan derah kemanusiaan, sesuai yang ditetapkan militer Israel sebagai tempat yang aman untuk ditinggali," ungkap Haaretz, dikutip Anadolu Ajansi.
Diketahui, aksi pengeboman itu terekam dalam sebuah video yang diunggah salah satu tentara Israel.
"Penghancuran cadangan air minum Tel al-Sultan untuk menghormati Shabbat," tulis tentara Israel itu di judul video.
Menanggapi aksi tentara Israel itu, Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, mengatakan, berdasarkan hukum humaniter internasional, "sangat dilarang" untuk menyerang objek yang penting bagi kelangsungan hidup warga sipil, termasuk persediaan air.
Ia juga mengkritik ketidakmampuan Israel untuk memastikan akuntabilitas berdasarkan hukum humaniter internasional (IHL) dan hukum hak asasi manusia internasional (IHRL), dengan alasan tindakan internasional diperlukan untuk mengisi kesenjangan tersebut.
"Kantor Hak Asasi Manusia tidak menerima informasi apapun tentang penyelidikan oleh Israel terhadap insiden pengeboman cadangan air minum," katanya.
Terpisah, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Vedant Patel, mengatakan pihaknya telah "mencari informasi tambahan mengenai apa yang terjadi."
Baca juga: Pesan Al-Qassam pada Hizbullah, Yakin Pejuang Lebanon Bisa Selesaikan Pekerjaannya Habisi Israel
Diketahui, lembaga dan kota-kota di Gaza menghadapi kehancuran fasilitas hingga kekurangan air minum, di tengah serangan Israel.
Mirisnya, militer Israel sengaja menghancurkan jaringan air, sumur, dan pabrik desalinasi, yang memperburuk krisis air minum di Gaza.
Pembatasan bahan bakar yang diberlakukan oleh Israel semakin menghambat pengoperasian fasilitas desalinasi yang tersisa di wilayah tersebut.
Israel telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina di Gaza sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023.
Tindakan tersebut telah memicu bencana kemanusiaan dan persidangan yang sedang berlangsung atas dugaan genosida di Mahkamah Internasional.
Dugaan Rudapaksa Rama-ramai Terhadap Tahanan Palestina
Bersamaan dengan pengeboman cadangan air minum di Tel al-Sultan, 10 tentara Israel menghadapi dugaan rudapaksa ramai-ramai terhadap seorang tahanan Palestina di penjara Sde Teiman.
Media Israel, KAN, pada Senin (29/7/2024), mengutip sumber keamanan, mengatakan tahanan Palestina yang diduga menjadi korban rudapaksa, dibawa ke rumah sakit.
Korban mengalami luka parah di bagian vitalnya, yang membuatnya tidak bisa berjalan, dikutip dari Anadolu Ajansi.
KAN mengatakan penyidik kepolisian Israel tiba di Sde Teiman dan langsung mengamankan ke-10 tentara itu, untuk kemudian ditahan.
Baca juga: Jejak Kekejaman Tentara Israel pada Tahanan Palestina di Sde Teiman, Terbaru Dugaan Rudapaksa
Para terduga pelaku juga menjalani interogasi sebagai bagian dari penyelidikan.
Saat ini, Mahkamah Agung (MA) Israel sedang mempertimbangkan petisi yang diajukan oleh organisasi hak asasi manusia (HAM) Israel untuk menutup penjara Sde Teiman, tempat para tahanan Palestina di Gaza menghadapi penyiksaan.
Pasca-penangkapan terhadap 10 tentara Israel, aktivis sayap kanan menerobos masuk pengadilan militer Israel di pangkalan militer Beit Leid, Israel tengah.
Radio Angkatan Dara Israel menyebut terjadi "kekacauan" di gedung pengadilan militer, setelah aktivis sayap kanan menyerbu.
Diketahui, beberapa laporan soal pelanggaran berar terhadap tahanan Palestina oleh tentara Israel, telah muncul sejak awal serangan Zionis di Jalur Gaza.
Tentara Israel diyakini telah menahan ribuan warga Palestina, termasuk perempuan, anak-anak, dan tenaga medis, sejak 7 Oktober 2023.
Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel telah membebaskan puluhan tahanan Palestina dalam kondisi kesehatan yang memburuk.
Tahanan-tahanan itu memiliki bekas luka penyiksaan di sejumlah bagian tubuhnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)