Aksi boikot ini sendiri dimulai setelah McDonald's Israel menyumbangkan makanan gratis bagi pasukan Israel yang melakukan agresi ke Palestina pada Oktober 2023 lalu.
Tak hanya terjadi di kawasan tersebut, sentimen konsumen yang lemah juga ditunjukkan di wilayah China.
Adapun menurunnya penjualan produk mereka di kawasan negeri tirai bambu tersebut terjadi lantaran harga produk mereka yang kalah saing dengan waralaba lokal di China yang terus menjamur dan menawarkan harga makanan cepat saji yang lebih terjangkau.
Kempczinski mengatakan bahwa pihaknya saat ini akan terus mengusut masalah penurunan penjualan ini dan segera mencari solusi untuk menanganinya sesegara mungkin.
“Kami sedang bekerja untuk memperbaikinya dengan cepat,” katanya.
McDonald's sendiri sudah melakukan sejumlah langkah untuk memerbaiki citranya terutama di kawasan timur tengah dan di negara-negara muslim lainnya seperti Indonesia dan Malaysia.
Hal ini bisa terlihat pada 4 April 2024 lalu di mana McDonald’s pusat mengumumkan bahwa mereka akan membeli balik lisensi waralaba mereka di Israel yang selama ini dikelola oleh Alonyal.
Keputusan McDonald’s pusat untuk mengambil alih waralaba mereka di Israel ini untuk mencegah kebijakan kontroversial yang terjadi tanpa pengawasan mereka seperti kontroversi makanan gratis bagi tentara Israel di Gaza pada akhir tahun lalu.
“Kami bertekad untuk menghidupkan kembali pertumbuhan pangsa pasar di semua pasar utama kami terlepas dari kondisi pasar yang ada. Ini tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi itu akan terjadi,” pungkas Kempczinski.
(Tribunnews.com/Bobby)