TRIBUNNEWS.COM - Serangan Israel ke ibu kota Lebanon, Beirut, pada hari Selasa, (30/7/2024), dilaporkan menewaskan satu warga sipil perempuan.
Adapun jumlah korban luka dalam serangan udara terbaru Israel itu mencapai puluhan.
"Enam puluh empat warga sipil terluka, lima di antaranya dalam kondisi kritis, sementara lainnya menderita luka ringan. Sebagian besar dari mereka dirawat di ruang darurat dan dipulangkan dari rumah sakit."
Rumah sakit menerima korban luka itu ialah RS Bahman, RS, Al-Sahel, RS Al Rasoul Al Aazam, RS Al Zahraa, dan RS Universitas Al-Jeitaoui.
Serangan itu dikecam oleh Perdana Menteri Lebanon, Najid Mikati.
"Mengecam agresi Israel yang terang-terangan di pingggir selatan Beirut," demikian pernyataan kantor Mikati dikutip dari Al Jazeera.
Mikati menyebutnya serangan Israel itu sebagai tindakan kriminal.
"Serangkaian operasi agresif yang membunuh warga sipil dan dengan jelas dan tegas telah melanggar hukum internasional."
Kecaman turut disampaikan oleh Hamas yang menganggap serangan Israel sebagai "eskalasi berbahaya".
Seperti Hamas, kelompok Houthi di Yaman mengutuk serangan itu dan menyebutnya sebagai pelanggaran atas kedaulatan Lebanon.
Panglima Hizbullah selamat
Baca juga: Israel Serang Ibu Kota Lebanon, Panglima Hizbullah Muhsin Shukr Dikabarkan Selamat
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), serangan itu menargetkan panglima senior kelompok Hizbullah.
Al Jazeera melaporkan ledakan keras terdengar di pinggir Beirut bagian selatan dan diikuti oleh asap yang membubung tinggi.
Sementara itu, media nasional Lebanon bernama National News Agency menyebut serangan Israel itu menargetkan area di sekitar Dewan Shura Hizbullah di Haret Hreik.
Militer Israel mengklaim serangan itu adalah balasan atas serangan roket di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan di Israel.