TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan seorang pengawalnya tewas setelah tempat tinggal mereka di Teheran, Iran, menjadi sasaran rudal.
Ismail Haniyeh tewas pada Rabu (31/7/2024) sekitar pukul 02.00 waktu setempat.
Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan Ismail Haniyeh dibunuh setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru Masoud Pezeshkian.
"Hamas menyatakan kepada rakyat Palestina yang agung dan rakyat negara-negara Arab dan Islam serta semua orang merdeka di dunia, saudara pemimpin Ismail Ismail Haniyeh sebagai seorang martir," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, AP melaporkan.
Iran Kecolongan?
Banyak pertanyaan muncul soal kematian Ismail Haniyeh.
Apalagi karena dia dikenal sebagai sekutu paling dekat dengan Iran dan tewas di wilayah Iran.
Ismail Haniyeh selama ini aman-aman saja ketika berada di Qatar, tempat tinggalnya.
Bahkan dua pekan lalu, Ismail Haniyeh masih sempat melakukan pertemuan dengan Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Qatar.
Lalu apakah pengamanan Iran kecolongan dengan kematian Ismail Haniyeh?
Mantan Komandan Garda Revolusi Iran, Mohsen Rezaie, memperingatkan Israel akan "membayar harga yang mahal" atas pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran, media pemerintah Iran melaporkan.
Iran adakan pertemuan darurat keamanan nasional
Iran mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di kediaman pemimpin tertinggi, sebuah acara yang terjadi selama keadaan luar biasa, New York Times melaporkan mengutip dua pejabat Iran.
Kepala Pasukan Quds IRGC, Esmaeil Qa'ani, juga menghadiri pertemuan tersebut.
Badan keamanan tertinggi Iran akan memutuskan tentang strategi Iran sebagai reaksi atas pembunuhan Haniyeh di Teheran, Reuters melaporkan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Rudal dari Luar Negeri
Al-Mayadeen, media berita yang berafiliasi dengan Hizbullah, mengatakan pemimpin Hamas dibunuh dengan "rudal yang ditembakkan dari luar negeri" mengutip pernyataan pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya.