Namun ia dibebaskan dengan imbalan seorang tentara Israel yang ditawan selama lebih dari lima tahun oleh Hamas. Usai keluar dari tahanan, Sinwar kembali ke posisinya sebagai kepala biro politik kelompok tersebut di Jalur Gaza.
Khalil al-Hayya
Pejabat senior Hamas lainnya, Khalil Al Hayya yang juga bermarkas di Qatar disebut-sebut akan menjadi pemimpin Hamas berikutnya menggantikan posisi Haniyeh.
Al-Hayya, merupakan pemimpin negosiator Hamas dalam perundingan gencatan senjata tidak langsung Gaza dengan Israel. Al Hayya menjadi tokoh favorit Iran karena memiliki koneksi internasional yang penting dan baik dengan Qatar, Mesir, dan Turki.
Mahmoud Zahar
Mahmoud Zahar dianggap sebagai salah satu pemimpin Hamas yang paling menonjol sejak 2006, ia sempat mengungkapkan pernyataan kontroversial bahwa Israel melegitimasi pembunuhan anak-anak Palestina.
Bermodalkan pendidikan dan pengalamannya, ia membantu mendirikan Masyarakat Medis Palestina, dan menjadi pendiri utama Universitas Islam di Gaza tahun 1978.
Ketika Perang Gaza 2008-2009, al-Zahar sempat membuat kontroversi besar karena melaporkan, "Israel telah melegitimasi pembunuhan anak-anak mereka sendiri dengan membunuh anak-anak Palestina.