TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Hizbullah Lebanon mengumumkan kematian komandannya, Fuad Shukr, dalam serangan Israel di Beirut pada Selasa (30/7/2024) malam.
Jenazah Fuad Shukr ditemukan pada Rabu (31/7/2024) malam, sehari setelah serangan itu terjadi.
"Komandan Shukr adalah simbol komitmen tegas dan tekad kuat untuk melanjutkan jihad sampai tanah, tempat suci, dan masyarakat dibebaskan dari ketidakadilan dan kebrutalan entitas perampas, kriminal, dan pembunuh ini,” kata Hizbullah dalam pernyataannya, Rabu malam.
"Dia adalah salah satu simbol besar, salah satu pembuat kemenangan, kekuatan, dan kemampuannya, dan salah satu pemimpin di bidangnya yang tidak meninggalkan jihad sampai nafas terakhirnya," lanjutnya.
Hizbullah menegaskan, kehadiran langsung Fuad Shukr merupakan kekuatan tersendiri bagi mereka, dan menekankan bahwa kematiannya akan menjadi dorongan yang kuat bagi rekan-rekan mujahidinnya.
Rencananya, jenazah Fuad Shukr akan dimakamkan pada Kamis (1/8/2024) di Lebanon.
Sebelumnya, Israel meluncurkan serangan udara di daerah Haret Hreik dekat Rumah Sakit Bahman yang terletak di pinggiran selatan Beirut.
Serangan itu membunuh komandan Hizbullah Fuad Shukr dan tiga warga sipil, termasuk dua anak-anak, serta melukai 74 orang, seperti diberitakan Al Mayadeen.
Jumlah korban jiwa kemungkinan akan meningkat, karena operasi bantuan dan pemindahan puing-puing terus berlanjut.
Dalam pernyataannya, militer Israel mengatakan serangan itu adalah balasan terhadap insiden jatuhnya rudal di lapangan bola di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan (Suriah) yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7/2024) petang.
Insiden tersebut membunuh 12 orang dari sekte Druze, termasuk anak-anak, dan melukai lebih dari 40 orang.
Baca juga: PM Lebanon Sebut Israel Mesin Pembunuh, Kutuk Serangan Zionis yang Tewaskan Panglima Hizbullah
Israel menuduh rudal itu milik Hizbullah yang diluncurkan dari Lebanon, sementara Hizbullah membantah tuduhan Israel dengan mengatakan mereka tidak pernah menargetkan Majdal Shams.
Sementara itu, orang-orang Druze Suriah yang tinggal di Majdal Shams berpendapat bahwa Israel adalah dalang di balik insiden jatuhnya rudal, namun Israel menuduhkannya kepada Hizbullah.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.