News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Intelijen Iran: Israel Dapat Restu AS untuk Bunuh Bos Hamas Ismail Haniyeh di Teheran

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh meninggal bersama seorang pengawalnya dalam sebuah serangan di kediamannya di Kota Teheran, Rabu pagi, 31 Juli 2024. --- Iran mengatakan Israel membunuh Ismail Haniyeh dengan restu dari AS.

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Intelijen Iran, Ismail Khatib, menganggap Israel bertanggung jawab atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di tempat peristirahatannya di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024) sekitar pukul 2.00 waktu setempat.

Ismail Khatib mengatakan operasi tersebut dilakukan setelah mendapat lampu hijau dari sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

Menteri Intelijen Iran itu juga mengirimkan pesan belasungkawa kepada keluarga Ismail Haniyeh, gerakan Hamas, dan rakyat Palestina.

"Pembunuhan syahid Ismail Haniyeh, yang dilakukan oleh Zionis yang merebut kekuasaan dengan lampu hijau dari Amerika Serikat, membawa kebrutalan entitas Zionis kembali ke permukaan," katanya dalam sebuah pesan yang diterbitkan oleh IRNA, Jumat (2/8/2024).

"Meskipun jihad dan syahid di jalan Allah dianggap sebagai kehormatan abadi bagi syahid Ismail Haniyeh, yang beberapa waktu lalu memberikan sejumlah anggota keluarganya ke jalan kesejahteraan. Kepergiannya meninggalkan poros perlawanan Islam dalam kekuatan yang lebih besar," lanjutnya.

Ia menambahkan, kematian Ismail Haniyeh adalah saksi kemenangan (operasi Hamas) Banjir Al-Aqsa yang semakin dekat dan kehancuran entitas palsu Israel.

Sementara itu, Dr. Radwan Qassem pendiri Pusat Studi Strategis Brugen, juga berpendapat Israel telah mendapat lampu hijau dari AS.

"Pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran adalah pesan yang jelas dari Israel atau khususnya dari AS. Kami melihat kembalinya (Perdana Menteri Israel) Netanyahu dari AS dan pidatonya di Kongres AS yang bernada tinggi dan ada ancaman darinya," katanya kepada media Mesir, Tahya Masr, pada Jumat.

Ia juga menyoroti pertemuan Netanyahu dengan kandidat capres AS, Kamala Harris dan lawannya Donald Trump, untuk memastikan dukungan AS untuk Israel.

"Israel tidak dapat memulai perang di wilayah itu tanpa lampu hijau dari AS," tambahnya.

Pakar tersebut juga meragukan alasan serangan Israel di Beirut yang menewaskan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr, pada Selasa (30/7/2024), sebagai balasan jatuhnya rudal di Majdal Shams, Golan (Suriah) yang diduduki Israel.

Baca juga: Mossad Sewa Agen Keamanan Iran Tanam Bom di Tempat Ismail Haniyeh Menginap, Diduga Ada Pengkhianat

Diketahui, serangan di Majdal Shams pada Sabtu (27/7/2024), menewaskan 12 orang sekte Druze Suriah, di mana Israel menuduh Hizbullah yang menembakkan rudal itu.

"Penerima manfaat terbesar dari operasi ini adalah Netanyahu untuk memperluas perang di kawasan tersebut. Netanyahu tidak dapat melancarkan perang sendirian kecuali mendapat lampu hijau dan janji dari AS untuk berpartisipasi," tambahnya.

Simpang Siur soal Penyebab Ledakan di Kamar Ismail Haniyeh

Pejabat dan pihak berwenang Iran mengonfirmasi mereka masih melakukan penyelidikan tentang penyebab ledakan di kamar Ismail Haniyeh.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini