TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan besar melanda beberapa kota di Inggris pada Sabtu (3/8/2024).
Sehubungan terjadinya kerusuhan di Inggris dan Irlandia ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London memberi peringatan kepada seluruh WNI yang berada di sekitar lokasi.
Mengutip dari Instagram @indonesiainlondon, WNI diminta untuk lebih meningkatkan kewaspadaan khususnya jika harus bepergian atau beraktifitas di luar rumah.
Kemudian WNI juga diminta untuk mengikuti petunjuk dan arahan otoritas setempat, serta terus memantau komunikasi di media sosial KBRI London dan komunitas WNI setempat.
Sebisa mungkin, WNI juga diminta menghindari kerumunan massa dan tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat pengumpulan massa atau kelompok demonstran.
Kerusuhan ini terjadi setelah informasi palsu menyebar terkait terungkapnya sosok tersangka penikaman massal yang menewaskan 3 anak di kelas tari di Southport pada Senin (29/7/2024).
Atas informasi yang tersebar di media sosial tersebut, ratusan pengunjuk rasa anti-imigrasi meletus mengkibatkan beberapa anggota polisi terluka dan merusak fasilitas publik.
Awalnya, setelah informasi palsu tersebut menyebar, polisi mencoba menjelaskan kepada para pengunjuk rasa siapa sosok tersangka tersebut.
Polisi mengatakan tersangka adalah Axel Rudakubana, 17 tahun yang lahir di Inggris.
Namun penjelasan kepolisian tidak dipedulikan oleh para demonstran, sehingga timbullah kekerasan, pembakaran hingga penjarahan di Inggris.
Kerusuhan kemudian menyebar di 4 kota yang terletak di berbagai penjuru Inggris yaitu Liverpool, Bristol, Hull dan Belfast.
Pertikaian antar demonstran dan lemparan batu bata, botol saat pengunjuk rasa anti-imigrasi menghadapi kelompok yang menentang rasisme, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Penikaman Massal di Kelas Tari Inggris, Tewaskan 2 Anak, Seorang Remaja 17 Tahun Ditangkap
Petugas Polisi di Lokasi Kejadian Alami Luka-luka
Banyak petugas polisi menderita luka-luka saat mereka mencoba mencegah bentrokan antara ratusan pengunjuk rasa.
Dua petugas polisi yang berada di Liverpool harus dilarikan ke rumah sakit karena dugaan patah tulang pada wajah.
Kemudian petugas lainnya yang berada di lokasi yang sama diserang oleh para pengunjuk rasa.
Sehingga ia terpental dari kendaraan yang dikendarainya.
Di kota yang sama, toko-toko dirusak dan dijarah oleh para demonstran.
Sementara di kota Bristol, puluhan pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi dengan perlengkapan anti huru hara.
Di Belfast, beberapa bisnis melaporkan kerusakan properti sementara setidaknya satu terbakar.
Ini merupakan kerusuhan terbesar dalam 13 tahun.
Kerusuhan terakhir kali terjadi di Inggris pada tahun 2011.
Saat itu, ribuan orang turun ke jalan selama 5 malam berturut-turut setelah polisi menembak mati seorang pria kulit hitam di London.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait KBRI London