Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Jutaan warga Israel terancam krisis pangan jika Hizbullah, militan sayap kanan Lebanon, merealisasikan ancamannya akan membombardir Pelabuhan Haifa, pelabuhan laut internasional terbesar Israel.
“Pelabuhan Haifa di wilayah utara Palestina yang diduduki Israel akan menjadi target utama Hizbullah jika perang habis-habisan meletus antara kelompok Lebanon dan Israel,” ujar surat kabar bisnis Israel TheMarker .
Persediaan makanan yang diimpor Israel seperti biji-bijian dan pakan ternak ragu mulai menipis.
Jika Pelabuhan Haifa yang menyumbang 75 persen dari impor pangan Israel hancur dibombardir Hizbullah maka akses mobilitas perdagangan pangan di negara Zionis itu terancam terputus.
Jika hal tersebut terjadi, jutaan warga Israel hanya bisa bertahan dengan stok pangan yang terbatas dalam waktu singkat selama konfrontasi dengan Hizbullah berlangsung.
“Serangan Hizbullah menyoroti bahwa potensi penutupan pelabuhan akan terjadi, memperburuk masalah perdagangan yang sudah ada, yang sudah tegang akibat serangan terhadap pelabuhan Eilat oleh Angkatan Bersenjata Yaman,” imbuh laporan TheMarker mengutip dari Al Mayadeen.
Pemerintah Israel dilaporkan tengah berjuang mengatasi kerentanan rantai pasok dengan mengalihkan perdagangan ke Pelabuhan Ashdod di Selatan, pasca pelabuhan Haifa dan Eliat menjadi sasaran rudal Houthi dari Yaman dan Hizbullah dari Lebanon.
Namun karena arena infrastruktur dan fasilitas pelabuhan Ashdod yang tidak cukup memadai aktivitas ekspor dan impor pangan, biji-bijian, dan pakan ternak ragu tidak berjalan sesuai rencana.
Salah sumber kepercayaan Israel menyebutkan bahwa pembongkaran kapal seberat 7.000 ton di pelabuhan Ashdod akan memakan waktu dua minggu, lebih lama dibandingkan dengan pembongkaran kapal di Haifa yang hanya membutuhkan waktu satu setengah hari.
“Israel hanya akan bertahan dalam waktu singkat selama konfrontasi dengan Hizbullah, situasi semakin pelik dapat menyebabkan kepanikan pembelian dan penimbunan oleh pemukim Israel, memperparah situasi di tengah penipisan stok,” kata TheMarker.
Hizbullah Bombardir Aset Penting Israel
Konflik Israel dan Hizbullah pecah pasca PM Netanyahu memerintahkan pasukan pertahanan Israel (IDF) untuk menginvasi Gaza.
Baca juga: Israel Cemas Haifa di Tangan Hizbullah, Kecemasan Meningkat atas Kegagalan Keamanan yang Berulang
Namun ketegangan semakin meningkat setelah Israel mengumumkan telah berhasil membunuh Fuad Shukr, tokoh kunci dalam transfer sistem panduan Iran untuk rudal jarak jauh Hizbullah.
Shukr tewas dalam serangan udara di sebuah gedung di Beirut selatan pada pekan lalu. Tak lama pengumuman itu dirilis, Pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan tewas bersama seorang pengawalnya di gedung tempat mereka menginap di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) dini hari.
Baca juga: Warga Tel Aviv, Haifa, Ashdod Ikut Panik Borong Genset Takut Israel Gelap di Perang Lawan Hizbullah
Imbas serangkaian pembunuhan tersebut, Hizbullah dari Lebanon, Hamas dari Palestina Kelompok Milisi Irak dan Houthi Yaman bergabung menggalang kekuatan baru untuk membalas serangan Israel, menargetkan sejumlah aset-aset penting milik Israel seperti pelabuhan Haifa.
Untuk menyukseskan operasi gabungan tersebut, Hizbullah tak segan mengeluarkan sejumlah senjata andalan mereka seperti drone angkatan laut, drone udara, hingga rudal balistik anti-kapal.
Apabila serangan terus terjadi dalam jangka waktu yang lama perekonomian Israel pada akhirnya akan jatuh ke jurang inflasi, mengingat saat ini angka defisit Israel telah menyentuh di level tertinggi tembus 7,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) setara dengan 146 miliar shekel atau 39,77 miliar dolar AS (Rp 639,756 triliun).