TRIBUNNEWS.COM - Sosok Kamala Harris dikabarkan sudah menggelar seleksi untuk menentukan siapa kandidat calon wakil presiden yang bakal mendampinginya dalam Pemilu Amerika Serikat pada 5 November mendatang.
Dikutip Tribunnews dari CBS, pada Minggu (4/8/2024), sejumlah tokoh terkemuka dari Partai Demokrat telah diundang untuk melakukan wawancara privat dengan Kamala Harris guna mengisi posisi cawapres pendampingnya.
Langkah wawancara ini diambil Kamala Harris setelah ia memastikan diri menjadi calon presiden dari Partai Demokrat pada Jumat (2/8/2024) lalu dalam pemungutan suara delegasi partai.
Dalam sesi wawancara pada Minggu tersebut, Kamala dikabarkan telah mempersempit kandidat cawapresnya menjadi 5 orang.
Calon-calon yang berpotensial untuk menjadi pasangan Kamala Harris tersebut adalah Josh Shapiro, Mark Kelly, Tim Walz, Andy Beshear, dan Pete Buttigieg.
Adapun keputusan terkait siapa yang akan menjadi cawapres harus diambil sebelum Konvensi Nasional Demokrat, yang akan digelar pada 19 Agustus 2024 mendatang di Chicago.
Lima kandidat cawapres yang dipanggil oleh Kamala Harris tersebut memiliki kelebihannya masing-masing untuk ditunjuk menjadi pendamping dalam rangkaian Pilpres AS kali ini.
Gubernur Pennsylvania, John Shapiro dikenal kerap mendapatkan persentase persetujuan dari pemilih yang tinggi sejak 2022 dalam berbagai survei publik yang telah dirilis.
Sementara itu senator Arizona Mark Kelly yang merupakan mantan pilot Angkatan Laut dan astronaut NASA, telah menjadi sosok yang terkenal karena tegas terhadap masalah perbatasan.
Beberapa kritikannya terhadap pemerintahan Joe Biden disebut-sebut bisa menarik para pemilih independen dan konservatif yang selama ini menjadikan masalah perbatasan sebagai isu utamanya.
Tim Walz yang telah menjalani masa jabatan 12 tahun di Kongres dan menjadi gubernur Minnesota sejak 2019 juga dianggap sebagai sosok kandidat potensial lantaran kritiknya terhadap Donald Trump dan JD Vance yang kerap menarik perhatian publik.
Baca juga: Maju di Pilpres AS, Kamala Harris Dapat Dukungan 100 Bos Perusahaan Ventura
Gubernur Kentucky, Andy Beshear juga menjadi kandidat favorit karena kepemimpinannya yang berfokus pada kesejahteraan rakyat dan keberanian dalam menghadapi tantangan politik.
Nama kandidat kuat terakhir adalah Pete Buttigieg yang saat ini menjabat Sekretaris Transportasi AS.
Sosoknya dikenal oleh kalangan Partai Demokrat karena kebijakannya yang progresif, kemampuannya dalam komunikasi, dan dedikasinya untuk modernisasi infrastruktur transportasi di AS.
Lima kandidat yang akan bergabung dengan Kamala Harris ini dikabarkan telah menghadapi proses seleksi yang melelahkan dan harus menjawab hingga 200 pertanyaan sebelum dipertimbangkan secara serius sebagai Cawapres.
Serikat Buruh Tanggapi Kandidat Cawapres Kamala Harris
Sementara itu, sejumlah pihak yang terafiliasi dengan Partai Demokrat juga mengutarakan siapa kandidat yang menjadi jagoannya untuk mendampingi Kamala Harris
Serikat Pekerja Otomotif (UAW), serikat buruh besar di AS yang mewakili lebih dari 400.000 orang, mengatakan bahwa mereka menginginkan Andy Beshear sebagai cawapres pendamping Kamala.
“Dia selalu berdiri bersama kami di setiap aksi mogok kerja dan dia selalu ada untuk mendukung para pekerja," ungkap Presiden UAW Shawn Fain
Berbicara kepada Face the Nation CBS, Shawn Fain juga mengatakan sosok Tim Walz merupakan kandidat favorit lainnya yang ia dukung karena dinilai 100 persen mendukung buruh.
Di lain pihak, Fain mengkritik adanya sosok Josh Shapiro sebagai salah satu kandidat cawapres.
Ia menilai kebijakan Gubernur Pennsylvania ini cenderung mengarah ke haluan Partai Republik karena ia telah menggelontorkan dana hingga 100 juta dolar (sekitar Rp 1,6 triliuun) untuk beasiswa biaya sekolah swasta dan perlengkapan sekolah dibandingkan membantu pekerja yang banyak menjadi pengangguran selama resesi yang terjadi belakangan ini di AS.
Update Survey Pilpres AS
Sementara itu, dalam jajak pendapat baru oleh CBS News, survei menunjukkan bahwa Kamala Harris memiliki sedikit keunggulan atas saingannya dari Partai Republik, Donald Trump.
Kamala diketahui unggul tipis satu poin di atas Donald Trump dalam jajak pendapat secara nasional.
Di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran, jajak pendapat menunjukkan bahwa keduanya bersaing ketat.
Trump kini hanya bisa menikmati keunggulan kecil di beberapa negara bagian - Wisconsin, Georgia, dan North Carolina setelah Joe Biden mundur dan Kamala Harris menjadi calon presiden Demokrat.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa penunjukkan Kamala Harris sebagai pengganti Joe Biden telah menghidupkan basis suara Partai Demokrat yang memiliki mayoritas pemilih muda, kulit hitam, dan wanita.
(Tribunnews.com/Bobby)