News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Mali Putus Hubungan Diplomatik dengan Ukraina, Buntut Kyiv Bantu Teroris Lawan Wagner Rusia

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolonel Assimi Goita, kepala junta militer yang berkuasa di Mali, mengumumkan akan memutus hubungan diplomatik dengan Ukraina setelah badan intelijen militer Ukraina (GUR) bantu kelompok teroris serbu tentara Mali dan Wagner Rusia pada 25 Juli 2024.

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah transisi di Mali memutus hubungan diplomatik dengan Ukraina, menyusul dugaan keterlibatan Ukraina yang membantu kelompok pemberontak untuk melancarkan serangan mematikan terhadap tentara Mali dan tentara bayaran Wagner Rusia di Tinzaouaten.

"Pemerintah transisi Republik Mali telah mengetahui, dengan keterkejutan yang mendalam, pernyataan subversif yang dibuat oleh Andriy Yusov, juru bicara badan intelijen militer Ukraina (GUR), yang mengakui keterlibatan Ukraina dalam serangan pengecut, berbahaya, dan biadab oleh kelompok teroris bersenjata," kata juru bicara pemerintah Mali, Kolonel Abdullah Maiga, Minggu (4/8/2024).

Abdullah Maiga mengatakan pejabat Ukraina telah bertindak lebih buruk dengan mengumumkan bahwa masih banyak hasil yang akan datang.

Mali mengatakan pihaknya terkejut dengan pernyataan pejabat Ukraina itu dan menuduh Ukraina juga mendukung kelompok bersenjata lainnya di kawasan Sahel yang meliputi Sudan, Niger, Nigeria, Chad, Mauritania, Mali.

"Tuduhan yang sangat serius ini, yang belum dibantah, menunjukkan dukungan resmi pemerintah Ukraina terhadap terorisme di Afrika, di Sahel, dan lebih khusus lagi di Mali," katanya, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, pada Senin (29/7/2024), Andriy Yusov, juru bicara badan intelijen militer Ukraina (GUR), mengatakan pemberontak Mali telah menerima semua informasi yang mereka butuhkan untuk melaksanakan operasi melawan penjahat perang, Rusia, seperti diberitakan Suspilne.

"Komentar tersebut diperkuat oleh Yurii Pyvovarov, duta besar Ukraina untuk Senegal, yang secara terbuka dan tegas menunjukkan dukungan negaranya terhadap terorisme internasional, khususnya di Mali," menurut Abdullah Maiga.

Mali menganggap dukungan Ukraina terhadap kelompok pemberontak itu adalah dukungan terhadap terorisme internasional.

"Tindakan Ukraina melanggar kedaulatan Mali dan merupakan campur tangan asing yang tidak dapat diterima serta dukungan terhadap terorisme internasional," tambahnya.

Sebelumnya, serangan kelompok pemberontak itu menewaskan sedikitnya 84 tentara bayaran Wagner Rusia dan 47 tentara Mali selama tiga hari pertempuran yang dimulai pada 25 Juli 2024.

Tentara Mali mengakui jumlah korban tewas yang tinggi menyusul bentrokan di Tinzaouaten di wilayah utara negara tersebut.

Baca juga: Pertempuran Sengit di Pokrovsk, Ukraina Kalah Jumlah Terpaksa Mundur

Sementara kelompok Wagner yang berafiliasi dengan Rusia yang mendukung tentara Mali juga mengonfirmasi kerugian Rusia dan tewasnya seorang komandan.

Militer Mali merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2020 dan berupaya menghabisi separatis dan kelompok garis keras yang terkait dengan al-Qaeda dan kelompok ISIL (ISIS).

Mali kemudian mendekati Rusia dan Wagner Rusia telah beroperasi di Mali sejak akhir 2021, menggantikan pasukan Prancis dan pasukan penjaga perdamaian internasional, dikutip dari Al Jazeera.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini