News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Protes Anti Imigran Muslim di Inggris Terus Meningkat, Keamanan Masjid Seluruh Britania Ditingkatkan

Penulis: Bobby W
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pengunjuk rasa berhadapan dengan petugas polisi selama demonstrasi yang diserukan oleh aktivis sayap kanan di Weymouth, pada 4 Agustus 2024

TRIBUNNEWS.COM - Gelombang aksi demonstrasi anti-imigran muslim di Inggris yang terus meningkat belakangan ini ikut menjadi perhatian pemerintah Britania.

Eskalasi ini meningkat setelah terjadinya kasus penusukan di Southport, Inggris pada 29 Juli 2024 yang menewaskan 3 anak-anak dan melukai 10 orang lainnya.

Kasus penusukan tersebut diperparah dengan misinformasi bersentimen anti-imigran dan anti-muslim yang membuat mayoritas warga Inggris sayap kanan marah.

Akibat misinformasi yang terus melebar cepat dan langkah pemerintah Inggris yang seolah-olah menutupi pelaku yang merupakan remaja keturunan Imigran asal Rwanda, kerusuhan pun merebak di seantero Britania.

Banyaknya aksi anarki yang menargetkan masjid-masjid di Inggris akibat kasus penusukan tersebut pun menjadi perhatian bagi pemerintah Inggris.

Hal ini diutarakan langsung oleh Sekretaris Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, pada hari Minggu (4/8/2024).

Guna menanggapi banyaknya penyerangan masjid-masjid di Inggris, Yvette mengaku pemerintah akan segera mengumumkan paket pendanaan substantial sebesar £29,4 juta (sekitar Rp 600 miliar) untuk meningkatkan keamanan dan perlindungan untuk tempat ibadah para muslim di seluruh Britania.

Melalui kebijakan tersebut, pemerintah berharap dapat mencegah perusakan masjid selama kerusuhan baik yang terjadi di Inggris maupun di Irlandia Utara.

Proses tanggap cepat baru yang diperkenalkan oleh pemerintah ini akan memastikan bahwa masjid yang berisiko mengalami vandalisme dapat menerima tambahan personel keamanan dengan segera.

Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan jaminan penting kepada komunitas muslim dan membantu upaya perlindungan yang selama ini dilakukan oleh kepolisian lokal.

Melalui kebijakan baru ini, baik polisi, otoritas lokal, dan masjid dapat meminta penambahan upaya keamanan dari negara terhadap fasilitas masjid mereka.

“Langkah ini kami upayakan untuk menghadapi ancaman dan serangan yang memalukan yang dihadapi masjid-masjid lokal di banyak komunitas, pemerintah menyediakan dukungan tambahan cepat melalui Skema Keamanan Pelindung untuk Masjid,” kata Cooper.

Baca juga: Kerusuhan Meletus di Inggris dan Irlandia, KBRI London Minta WNI Harus Waspada saat Bepergian

Dia menekankan bahwa dukungan ini akan dilakukan bersamaan dengan upaya dari kepolisian lokal dan menegaskan sikap tegas pemerintah terhadap kekacauan dan kekerasan.

“Siapa pun yang terlibat dalam kekacauan dan kekerasan ini akan menghadapi hukuman penuh dari hukum," kata Yvette Cooper.

Awal Mula Merebaknya Kerusuhan

Kerusuhan yang kini tengah merebak di Inggris ini sendiri dimulai pada 30 Juli ketika sekelompok orang, beberapa di antaranya diyakini polisi sebagai pendukung English Defence League, berkumpul di luar Masjid Southport.

Para pengunjuk rasa mengepung Masjid Southport lantaran dugaan bahwa tersangka dalam penikaman massal adalah seorang imigran Muslim yang menjadi jamaah di tempat ibadah tersebut.

Mereka menyerang petugas polisi, melemparkan benda-benda ke arah masjid, dan membakar sebuah kendaraan polisi.

Kerusuhan kemudian menyebar ke bagian Inggris lainnya hingga mengarah Kota Belfast, Irlandia Utara dalam beberapa hari berikutnya.

Pada 31 Juli, lebih dari 100 pengunjuk rasa ditangkap di London dan hal ini memicu demonstrasi lainnya yang terjadi di Manchester, Hartlepool, dan Aldershot.

Pada 2 Agustus, kerusuhan terjadi di Sunderland. Sebuah kantor polisi dibakar, tiga petugas polisi terluka, dan beberapa orang ditangkap.

Kerusuhan yang telah terjadi ini telah digambarkan oleh media Inggris sebagai aksi Islamofobik, rasis, dan anti-imigrasi.

Partai Fasis National Front dan British Movement serta kelompok ormas Patriotic Alternative pun dituding media sebagai sosok di balik misinformasi yang viral secara daring hingga menyebabkan kerusuhan di seluruh Inggris.

(Tribunnews.com/Bobby)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini