TRIBUNNEWS.COM - Hamas secara resmi telah menunjuk Yahya Sinwar untuk menggantikan posisi Ismail Haniyeh yang tewas di Teheran, Iran pada minggu lalu.
Yahya Sinwar ditunjuk sebagai Kepala Biro Politik Hamas yang baru, setelah Dewan Syura kelompok tersebut melakukan pemilihan.
Salah seorang pejabat senior Hamas mengatakan, alasan dipilihnya Yahya Sinwar menjadi pemimpin Hamas baru dikarenakan ia sebagai "pesan perlawanan terhadap Israel".
Dikutip dari BBC, selama dua hari di Doha, pertemuan intensif yang melibatkan tokoh-tokoh utama Hamas membahas siapa yang cocok untuk memimpin kelompok tersebut setelah Haniyeh.
Banyak skenario yang dibahas, yang akhirnya muncul dua nama untuk memimpin Hamas, yakni Yahya Sinwar dan Mohammed Hassan Darwish.
Mohammed Hassan Darwish merupakan tokoh misterius yang mengepalai Dewan Syura Umum, badan yang memilih Politbiro Hamas.
Namun pada akhirnya, Dewan Syura memberikan suara bulat untuk memilih Sinwar.
"Mereka membunuh Haniyeh, orang yang fleksibel dan terbuka terhadap solusi. Sekarang mereka harus berurusan dengan Sinwar dan pimpinan militer," kata pejabat senior Hamas tersebut.
Sebelum kematiannya, Ismail Haniyeh dipandang oleh para diplomat regional sebagai tokoh pragmatis dibandingkan dengan orang lain di Hamas - pendorong utama jangkauan politik kelompok tersebut.
Yahya Sinwar, di sisi lain, dipandang sebagai salah satu tokoh Hamas yang paling ekstrem.
Sinwar saat ini berada di puncak daftar orang yang paling dicari di Israel.
Baca juga: Ditunjuknya Yahya Sinwar sebagai Pengganti Haniyeh Dianggap Kejutan untuk Israel
Badan keamanan Israel meyakini Sinwar mendalangi perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober 2023.
"Pengangkatan teroris ulung Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh, adalah alasan kuat lainnya untuk segera melenyapkannya dan menyapu bersih organisasi keji ini dari muka Bumi," kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.
"Yahya Sinwar adalah seorang teroris, yang bertanggung jawab atas serangan teroris paling brutal dalam sejarah," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari.