TRIBUNNEWS.COM - Warga Lebanon mulai khawatir akan meletusnya perang Israel-Hizbullah.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi perang meletus, warga Lebanon mulai menimbun makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar.
Sebelumnya, kementerian dan serikat pekerja Lebanon mengatakan telah menjamin ketersediaan barang selama beberapa bulan ke depan.
"Pasar memiliki persediaan yang cukup untuk bertahan selama tiga hingga enam bulan," kata ketua organisasi ekonomi Lebanon dan mantan menteri, Mohamed Choucair, dikutip dari Asharq Al-Awsat.
"Tepung juga tersedia cukup bagi toko roti untuk terus beroperasi selama tiga bulan, yang merupakan periode terlama tepung dapat disimpan," tambahnya.
Namun, hal tersebut tidak menghalangi warga Lebanon menimbun beberapa produk penting.
Mereka tetap memborong susu formula bayi hingga obat-obatan untuk penyakit kronis.
Dalam foto-foto yang beredar di sosial media, rak-rak beberapa di supermarket sudah kosong melompong.
Menurut Choucair, fenomena menimbun barang ini menambah kebingungan.
"Keramaian dalam menyimpan makanan, obat-obatan, dan produk lainnya menciptakan kebingungan di antara masyarakat dan mengurangi stok cadangan yang tersedia di gudang," kata Choucair.
Choucair mengatakan kekhawatiran terbesar adalah pasokan bahan bakar akan terganggu.
Baca juga: Hizbullah: Serangan ke Israel Terbaru Hanya Pemanasan, Masih Ada yang Lebih Besar Siang dan Malam
Meski pasokan untuk beberapa bulan ke depan terbilang cukup, Choucair khawatir operasional pabrik akan terhenti lantaran pasokan bahan bakar yang juga sudah berhenti.
"Memang benar bensin dan solar tersedia selama tiga bulan, dan tangki bahan bakar tidak dapat menampung lebih dari jumlah tersebut, namun terhentinya pasokan bahan bakar ini niscaya akan menyebabkan terhentinya operasional pabrik dan akan menyulitkan masyarakat untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lain," tambahnya.
Sementara itu, antisipasi yang dilakukan warga Lebanon ini menurut Kepala Serikat Importir Makanan di Lebanon, Hani Al-Bohsali, sudah keterlaluan.
"Tindakan tergesa-gesa untuk menyetok barang sudah keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan, setidaknya untuk saat ini, mengingat ketersediaan persediaan di gudang," kata Bohsali.
Meki begitu, ia mengungkapkan kemungkinan yang terjadi apabila perang meletus.
Menurutnya, apabila perang meletus maka akses jalan-jalan akan ditutup dan ini menyebabkan barang-barang dari gudang ke pedagang dan toko terhambat.
32 Ton Bantuan dari WHO untuk Lebanon
Pada Senin (5/8/2024), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengirimkan bantuan sebanyak 32 ton untuk Lebanon.
Bantuan tersebut kemudian diterima oleh enteri Kesehatan Masyarakat sementara Lebanon, Firas Abiad.
Bantuan tersebut mencakup perlengkapan medis dan obat-obatan yang ditujukan untuk mengobati korban perang.
Saat tiba di terminal kargo Middle East Airlines di bandara internasional Beirut, bantuan tersebut juga disambut oleh perwakilan WHO di Lebanon, Abdel Nasser Abu Bakr.
Tujuan WHO mengirimkan bantuan itu adalah sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kesiapan sektor kesehatan Lebanon dalam menghadapi kemungkinan eskalasi.
"Sektor kesehatan hanya dapat dipersiapkan sebaik mungkin jika terjadi keadaan darurat apa pun,” kata Choucair.
Ketegangan meningkat di kawasan tersebut menyusul pembunuhan dua pemimpin pejuang perlawanan, yaitu Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan Komandan Senior Hizbullah, Fuad Shukr.
Sebagai tanggapannya, Hizbullah dan Iran telah bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap Israel.
Janji Hizbullah dan Iran meningkatkan kekhawatiran berbagai front.
Ketakutan dapat memicu konflik regional yang lebih luas dan berskala penuh.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)