Berbeda dengan pemimpin Hamas lainnya, Yahya Sinwar memilih tinggal di Gaza memimpin anak buahnya melawan Israel.
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Kelompok Hamas Palestina menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpinnya menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran Iran pada 31 Juli 2024 lalu.
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan pemilihan Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan syahid Komandan Ismail Haniyeh," kata gerakan itu seperti dikutip dalam sebuah pernyataan oleh kantor berita Reuters, Rabu (7/8/2024) .
Yahya Sinwar merupakan tokoh Hamas yang paling dicari Israel saat ini.
Oleh Israel, Yahya Sinwar dituduh sebagai sosok yang paling bertanggungjawab atas penyerangan 7 Oktober 2023 ke Israel.
Penyerangan itu yang memicu kembalinya perang Palestina Vs Israel.
Keberadaannya Dihargai Rp 6,4 Miliar
Militer Israel mengatakan Yahya Sinwar selama ini berada di Gaza.
Israel sangat kesulitan menemukannya.
Yahya Sinwar bahkan disebut hidup dan berpindah-pindah dari satu terowongan ke terowongan lainnya di Gaza.
Bahkan intelijen Israel sama sekali tidak memiliki informasi keberadannya.
Hanya dua atau tiga orang yang mengetahui keberadaan Yahya Sinwar.
Demikian sumber dari kelompok Hamas mengatajan kepada surat kabar Asharq Al-Awsat yang berbasis di London beberapa waktu lalu.
"Lingkaran yang sangat kecil, tidak lebih dari dua atau tiga orang, mengetahui keberadaannya dan mengamankan berbagai kebutuhannya serta memastikan komunikasinya dengan para pemimpin gerakan, baik di dalam maupun di luar," tutur seorang sumber itu kepada media seperti dikutip dari Times of Israel, Kamis (4/7/2024).
“[Israel] gagal mengetahui lokasi pemimpin lapis pertama dan kedua [Hamas] di level politik dan militer, namun Israel mencoba membunuh beberapa dari mereka, beberapa di antaranya terluka, dan beberapa di antaranya selamat dan keluar tanpa cedera dari operasi pemboman di berbagai wilayah dan target, namun Sinwar tidak termasuk di antara mereka,” kata sumber tersebut.