TRIBUNNEWS.COM - Akhirnya terkuak alasan mengapa militer Bangladesh tak mau meredam amarah para demonstran sebelum Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina mundur dari kursi jabatannya.
Malam sebelum Sheikh Hasina tiba-tiba meninggalkan Bangladesh, panglima militernya mengadakan pertemuan dengan para jenderal.
Dalam pertemuan tersebut diputuskan bahwa militer tidak akan meredam amarah para demonstran dengan menembaki mereka untuk menegakkan jam malam.
Panglima Militer Bangladesh, Jenderal Waker-Uz-Zaman pun menghubungi kantor Hasina dan menyampaikan kepada perdana menteri bahwa tentaranya tidak akan dapat melaksanakan karantina wilayah yang dimintanya.
"Hasina tidak lagi mendapat dukungan tentara," kata seorang pejabat India yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut, dikutip dari Reuters.
Rincian mengenai pertemuan daring antara petinggi militer dan pesan kepada Hasina bahwa dia telah kehilangan dukungan mereka belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Mereka membantu menjelaskan bagaimana kekuasaan Hasina selama 15 tahun, yang selama itu ia hanya menoleransi sedikit perbedaan pendapat, berakhir dengan kekacauan dan tiba-tiba pada hari Senin, ketika ia melarikan diri dari Bangladesh ke India.
Jam malam nasional diberlakukan setelah sedikitnya 91 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam bentrokan nasional pada hari Minggu.
Juru bicara Angkatan Darat, Letkol Sami Ud Dowla Chowdhury membenarkan adanya diskusi pada Minggu malam.
Ia tidak memberikan rincian ketika ditanya pertanyaan tambahan tentang pengambilan keputusan pada pertemuan itu.
Hasina tidak dapat dihubungi dan putra sekaligus penasihatnya, Sajeeb Wazed, tidak menanggapi permintaan komentar berulang kali.
Baca juga: 29 Anggota Partai Politik yang Berkuasa di Bangladesh Tewas dalam Semalam, Rumahnya Ikut Dijarah
Jenderal Waker-Uz-Zaman belum menjelaskan secara terbuka keputusannya untuk menarik dukungan dari Hasina.
Namun, skala protes dan jumlah korban tewas sedikitnya 241 orang membuat dukungan terhadap Hasina dengan segala cara tidak dapat dipertahankan.
"Ada banyak keresahan di dalam pasukan," kata Brigjen (Purn.) M. Sakhawat Hossain.