WNI diminta tidak keluar rumah untuk yang bermukim di tempat terjadinya kerusuhan.
"Apabila keperluan tidak mendesak lebih baik jangan dulu keluar rumah lalu jika terjadi sesuatu kita diminta menghubungi otoritas keamanan setempat," tutur Wahyudi.
Berkaitan isu agama yang menjadi dasar kerusuhan, Wahyudi mengatakan tidak tampak penjagaan yang terlalu mencolok di tempat-tempat ibadah.
Dia mengamati pihak aparat keamanan hanya melakukan penjagaan yang sifatnya preventif.
"Kami melihat ada beberapa mobil polisi berpatroli tapi tidak dalam jumlah besar," ucapnya.
Kerusuhan yang terjadi di Inggris, tambah Wahyudi, tidak mencekam seperti kerusuhan di Indonesia pada 1998.
Wahyudi menyebut titik kerusuhan yang terjadi di Inggris kebalikan dari apa yang pernah terjadi pada saat krisis moneter.
"Di sini itu kerusuhan justru terjadi di kota-kota kecil beda dengan di Indonesia dulu berawal dari kota besar seperti Jakarta," ucapnya.
Wahyudi berharap pemerintah baru Inggris segera melakukan langkah-langkah konkret agar kerusuhan tidak meluas ke kota besar atau kota-kota kecil lainnya.
Hindari Kerumunan
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mencatat jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tersebar di beberapa kota di Inggris antara lain, Sunderland 18 orang, Manchester 532 orang, Kota Leeds 467 orang, Kota Nottingham 290 orang WNI.
Kemudian Kota Bristol tercatat ada 228 WNI, Liverpool 134 orang, di London sebanyak 3.279 orang.
Secara total jumlah WNI di Inggris sebesar 4.948 orang.
Adapun berdasarkan komunikasi dengan komunitas Indonesia di Inggris, tidak ada WNI yang jadi korban kerusuhan.
"Berdasarkan komunikasi dengan komunitas Indonesia hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban," kata Direktur Perlindungan WNI (PWNI) dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI Judha Nugraha.