Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hari ini tepat 79 tahun jatuhnya bom atom di Nagasaki Jepang dijatuhkan dari pesawat militer Amerika Serikat B-29 pagi hari jam 11:02 tanggal 9 Agustus 1945.
Sekitar 74.000 meninggal dunia, termasuk warga Indonesia yang ada di Nagasaki jadi korban bom atom tersebut.
"Saat itu ada tawanan perang yang dipaksa bekerja juga terpapar bom atom," ungkap televisi Nagasaki Jumat ini (9/8/2024).
Satu-satunya "dinding bata merah" yang tersisa adalah Kamp Tawanan Perang Fukuoka Cabang 14, sebuah kamp tawanan perang yang terletak di halaman Pabrik Sachimachi.
Setelah perang, Pabrik Sachimachi, yang terus beroperasi di lokasi yang sama, dikunjungi oleh tawanan perang Australia, Renée Schieffer dan lainnya, dan tercatat bahwa mereka menangis di depan mesin. (1980)
Baca juga: CAIR Kecam Keputusan AS yang Tidak Datang ke Peringatan Bom Nagasaki Gara-gara Israel Tidak Diundang
Schieffer mengatakan dalam sebuah wawancara pada saat itu.
"Saya kehilangan 80 teman, dan ketika saya mengingatnya, saya tidak bisa menahan tangis,' katanya.
Di Taman Perdamaian Kota Nagasaki, sebuah monumen telah didirikan untuk memperingati tawanan perang asing.
Menurut Majalah Sejarah Kerusakan Perang Bom Atom Nagasaki (dalam bahasa Jepang), ada sekitar 400 orang termasuk warga Indonesia, Belanda, Inggris, dan Amerika ditahan dan bekerja di "Kamp Tawanan Perang Fukuoka Cabang 14.
Akibat jatuhnya bom atom di Nagasaki 79 tahun lalu itu, diperkirakan 60~80 meninggal seketika, dan 200 dari 300 yang selamat terluka parah.
Perkiraan jumlah kematian di seluruh Pabrik Sachimachi adalah 100~150 siswa, tawanan perang, dan karyawan, dan sekitar 90 orang dikremasi di tempat.
Data berdasarkan Majalah Nagasaki Atomic Bomb War Damage tertulis dalam bahasa Jepang.
Saat itu (9 Agustus 1945) hampir semua bangunan di Nagasaki bergaya Jepang lama, terbuat dari kayu atau berkerangka kayu dengan dinding kayu (dengan atau tanpa plaster), dan beratapkan tanah liat.