Raja Abdullah II ke Delegasi AS: Yordania Tidak Akan Menjadi Medan Perang Israel Vs Iran dan Poros Perlawanan
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Komunikasi Pemerintah dan juru bicara resmi pemerintah Yordania, Muhannad Al-Mubaidin, Minggu (11/8/2024) mengatakan apa yang disampaikan oleh Raja Yordania, Abdullah II di hadapan delegasi para pembantu anggota Kongres Amerika Serikat (AS).
Dalam pertemuan tersebut, Raja Abdullah II menerima delegasi para pembantu anggota Kongres AS. Pertemuan tersebut membahas perkembangan terkini di kawasan Timur Tengah dan cara-cara untuk memperkuat kemitraan strategis antara Yordania dan AS.
Baca juga: Media Ibrani: 4 Ribu Orang Menyusup dari Yordania ke Israel Sejak Awal Tahun Ini
Al-Mubaidin, menjelaskan, hal utama yang disampaikan Raja Abdullah II adalah negara Yordania dan teritorialnya tidak akan menjadi medan perang bagi konflik yang saat ini mendera Israel melawan Iran serta poros perlawanan imbas dari meluasnya Perang Gaza, termasuk melawan Hamas, Hizbullah, milisi Irak, serta gerakan Houthi Yaman.
"Mengenai perkembangan saat ini, Yang Mulia Raja Abdullah II menekankan kalau Yordania tidak akan medan perang untuk eskalasi dan mengobarkan (konflik) kawasan ini, dan dasar pertama untuk menghentikan eskalasi ini adalah dengan mengakhiri perang," kata Al-Mubaidin menjelaskan pernyataan Raja Abdullah II, dilansir Khaberni, Senin (12/8/2024).
Al-Mubaideen menambahkan, pernyataan Perdana Menteri Yordania, Bisher Al-Khasawneh pada pembukaan sidang Kabinet hari ini juga mencakup kecaman atas pembantaian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel di Gaza.
Perdana Menteri Bisher Al-Khasawneh memulai sesi kepresidenannya di Dewan Menteri pada hari Minggu dengan mengungkapkan kecaman yang jelas dan terus terang atas agresi brutal Israel yang terjadi terhadap Sekolah Al-Tabaeen di lingkungan Al-Daraj di Jalur Gaza.
"Merujuk pada pemboman di Lingkungan Daraj di Jalur Gaza di Sekolah Al-Tabaeen, Israel melakukan aksi lanjutan dari proses penghancuran sistematis dan genosida yang terjadi di Gaza," kata sang perdana menteri menurut laporan Al-Mamlaka TV.
Menurut Al-Mubaideen, Perdana Menteri menekankan Yordania akan terus melindungi wilayah udara dan wilayahnya serta mempertahankan kepentingannya.
Hal ini juga didahului oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Ayman Al-Safadi, dan sebelumnya pernyataan Angkatan Darat, Tentara Arab-Yordania, yang menegaskan apa yang dinyatakan dalam pernyataan-pernyataan berturut-turut dan selanjutnya mengenai posisi jelas militer mereka mengenai eskalasi konflik saat ini.
Al-Mubaideen menekankan bahwa keamanan Yordania adalah prioritas utama dan perlindungan serta keamanan warga Yordania adalah prioritas.
Al-Mubaideen menyoroti kecaman Yordania terhadap perang dan seruan untuk mengakhirinya, dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan menghentikan kehancuran, menghentikan operasi militer Israel, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan secara adil, sehingga setiap orang dapat duduk di meja dialog.
Baca juga: Qatar, Arab Saudi, Yordania Tolak Permintaan AS untuk Kirim Pasukan ke Gaza, Mesir-UEA Bersedia
Dilema Kerajaan Hashemite
Perang Gaza membuat Yordania dalam posisi dilema dalam konteks geopolitik di kawasan TImur Tengah yang kini menyeret banyak negara melawan Israel yang didukung AS dan negara barat.
Ulasan jurnalis The Guardian, Jason Burke yang menulis dari ibu kota negara itu, Amman menyebut kalau Yordania kini harus hati-hati melakukan "aksi penyeimbangan yang rumit".
Baca juga: Israel Mau Gempur Lebanon, Koalisi Milisi Irak Ancam Kepentingan AS, Incar Pipa Minyak ke Yordania