News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

AS Akui Sulit Prediksi Balasan Iran ke Israel: Kemungkinan Serangan Teheran Bakal Signifikan

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah gambar yang diambil pada tanggal 20 Agustus 2010 menunjukkan bendera Iran berkibar di lokasi yang dirahasiakan di republik Islam tersebut di samping rudal permukaan-ke-permukaan Qiam-1 (Rising) yang diuji tembak sehari sebelum Iran dijadwalkan meluncurkan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama buatan Rusia. Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengatakan rudal tersebut sepenuhnya dirancang dan dibuat di dalam negeri dan ditenagai oleh bahan bakar cair.

TRIBUNNEWS.com - Juru Bicara Keamanan Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Kirby, mengungkapkan Iran kemungkinan bakal menyerang Israel pekan ini.

Kepada wartawan AS, Senin (12/8/2024), Kirby mengatakan pihaknya memiliki "kekhawatiran dan harapan yang sama dengan rekan-rekan kami di Israel, sehubungan dengan kemungkinan (serangan Iran) yang bisa terjadi minggu ini."

Kirby mengakui AS "sulit untuk memastikan pada saat ini" serangan apa saja yang bakal dilakukan Iran saat pembalasan atas kematian Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Namun, Kirby memprediksi pembalasan tersebut mungkin mencakup "serangkaian serangan yang signifikan."

Meski demikian, Kirby yakin AS bisa membantu membela Israel, kendati tidak bisa memprediksi seperti apa serangan Iran.

"Presiden (Joe Biden) yakin kami memiliki kemampuan yang tersedia untuk membantu membela Israel jika hal itu terjadi."

"Tidak seorang pun ingin melihat hal itu terjadi (serangan Iran), itulah sebabnya kami terus melakukan pembicaraan diplomatik ini dengan sungguh-sungguh selama beberapa hari terakhir, untuk melihat apa yang dapat dilakukan untuk meredakan situasi ini," urai Kirby, dilansir Anadolu Ajansi.

Pernyataan Kirby itu merujuk pada Biden, yang berbicara lewat telepon pada Senin pagi, dengan pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia mengenai situasi di Timur Tengah.

Sementara itu, pada Minggu (11/8/2024), Pentagon mengatakan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, memerintahkan pengerahan kapal selam peluru kendali ke Timur Tengah.

Austin juga meminta untuk mempercepat kedatangan kelompok penyerang kapal induk ke wilayah tersebut.

Ketegangan di Timur Tengah terjadi menyusul pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menjanjikan "hukuman keras" bagi Israel sebagai balasan atas kematian Haniyeh.

Baca juga: Waspada Serangan Iran-Lebanon, RS di Utara Israel Siaga Tinggi, Siap Beroperasi di Bawah Tanah

"Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu kami yang terkasih di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan, Rabu (31/7/2024), dilansir Al Jazeera.

Ia menambahkan, "rezim Zionis juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri."

Khamenei juga menegaskan, adalah tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.

"Kami menganggap bahwa adalah tugas kami untuk membalas darahnya (tewasnya Haniyeh) dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," kata Khamenei, seraya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh dan kelompok Palestina.

Sebagai informasi, Haniyeh tewas diserang di Teheran, Rabu dini hari, dalam perjalanannya menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.

Acara pelantikan Pezeshkian diketahui menjadi kemunculan terakhir Haniyeh.

Selain Haniyeh, pengawal pribadinya yang juga Wakil Komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam serangan itu.

Meski demikian, Israel hingga saat ini belum membantah ataupun mengakui pembunuhan terhadap Haniyeh.

Tetapi, sumber di Gedung Putih mengatakan Israel langsung menghubungi AS setelah Haniyeh tewas dan mengabarkan mereka lah yang membunuh Pemimpin Hamas tersebut.

Baca juga: 2 Sosok yang Bantu Israel Bunuh Haniyeh Ternyata Anggota IRGC, Langsung Dievakuasi Mossad dari Iran

China Beri Dukungan untuk Iran

TEHERAN, IRAN - 27 MARET: Menteri Luar Negeri Iran saat itu, Mohammad Javad Zarif (kanan), bertemu dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi (kiri), di Teheran, Iran pada 27 Maret 2021. (Fatemeh Bahrami / Anadolu Agency via AFP)

Sementara itu, China menyatakan dukungannya terhadap Iran dalam mempertahankan "kedaulatan, keamanan, dan martabat nasionalnya," pasca-kematian Ismail Haniyeh di Teheran.

Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, pada Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani, lewat sambungan telepon, Minggu (11/8/2024).

Dalam panggilan itu, Wang menegaskan Beijing mengecam pembunuhan Haniyeh pada 31 Juli 2024, di Teheran.

Beijing, kata Wang, menilai serangan itu telah melanggar kedaulatan Iran dan mengancam stabilitas regional.

Kepada Kani, Wang mengatakan pembunuhan Haniyeh telah "secara langsung merusak proses negosiasi gencatan senjata Gaza, serta merusak perdamaian dan stabilitas regional," bunyi pernyataan Kementeriar Luar Negeri China, dilansir Reuters.

Diketahui, Iran dan Hamas menuduh Israel melakukan serangan terhadap Haniyeh.

Tetapi, Israel belum mengklaim atau membantah bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Meski demikian, Iran telah berjanji untuk "menghukum keras" Israel atas kematian Haniyeh.

Terkait hal itu, Wang menyatakan China mendukung setiap tindakan Iran dalam mempertahankan kedaulatan dan keamanannya, termasuk membalas Israel atas tewasnya pemimpin Hamas.

"China mendukung Iran dalam mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan martabat nasionalnya sesuai hukum, serta dalam upayanya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional."

"Kami (China) juga siap untuk menjaga komunikasi yang erat dengan Iran," urai Wang.

Mengenai pernyataan Wang itu, Peneliti Senior non-residen di Center for Islam and Global Affairs (CIGA), Ramzy Baroud, menilai China masih belum secara gamblang menyatakan dukungannya.

Hal ini, menurut Baroud, terlihat dari tidak adanya kalimat "menahan diri" atau "menghindari eskalasi lebih lanjut" dari pernyataan Wang.

Tak hanya itu, komentar itu disampaikan Baroud mengingat kebijakan luar negeri China selama ini yang mengutamakan waspada.

Baca juga: Penampakan Lokasi Ismail Haniyeh Dibunuh, Disebut Dilindungi Korps Garda Revolusi Iran

"Sikap resmi Tiongkok tidak menyertakan frasa seperti 'menahan diri', atau 'menghindari eskalasi lebih lanjut'. Hal ini sendiri sangat penting," kata dia, Minggu, dikutip dari Palestine Chronicle.

"Juga dengan mempertimbangkan sifat kebijakan luar negeri Tiongkok yang waspada, Tiongkok tidak menunjukkan secara terbuka, menyatakan Iran punya hak untuk menyerang Israel sebagai bentuk pembalasan atas pelanggaran Tel Aviv terhadap kedaulatan Iran lewat pembunuhan pemimpin Hamas," urai Baroud.

Meski demikian, lanjut Baroud, jika merujuk pada pernyataan Wang, China bisa dipastikan bersedia mengakomodasi, bahkan mendukung tindakan balasan Iran terhadap Israel.

"Namun, jika kita mengamati secara seksama pernyataan Wang, Tiongkok terlihat bersedia mengakomodasi, bahkan mendukung tindakan balasan Iran terhadap Israel."

"Sebab, tindakan balasan itu bisa dianggap sebagai bagian dari upaya Iran untuk 'menjaga kedaulatan, keamanan, dan martabat nasionalnya'," jelas Baroud merujuk pada pernyataan Wang.

Ia menambahkan, perkembangan antara Iran dan China mengindikasikan dua hal.

Satu di antaranya adalah menunjukkan, China semakin dekat dengan kubu pro-Perlawanan di Timur Tengah.

Baroud berpendapat, hubungan China dengan kubu pro-Perlawanan bisa menggagalkan rencana Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut.

"Perkembangan ini mengindikasikan dua hal: Pertama, Iran berhasil mengumpulkan cukup dukungan internasional untuk tanggapannya (serangan balas dendam) yang akan datang terhadap pembunuhan Haniyeh oleh Israel."

"Kedua, Tiongkok semakin dekat dengan kubu pro-Perlawanan di Timur Tengah, sebuah posisi yang pasti akan menggagalkan rencana Washington di kawasan tersebut," pungkas Baroud.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini