Begini Cara Yahya Sinwar Memimpin Gerakan Hamas dari Bawah Tanah Saat Israel Kesetanan Memburunya
TRIBUNNEWS.COM - Pilihan Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas, terhadap Yahya Sinwar sebagai ketua umum gerakan tersebut menimbulkan banyak pertanyaan tentang apakah dia benar-benar memimpin gerakan tersebut dari bawah tanah, pada saat Israel mengejarnya ke mana-mana?
Menjadi insinyur operasi penyerangan “Banjir Al-Aqsa” ke wilayah pendudukan Israel pada 7 Oktober 2023, Yahya Sinwar menjadi buruan nomor satu tentara Israel (IDF).
Berbagai cara dilakukan IDF untuk menangkap Sinwar baik hidup ataupun mati, mulai dari mengadakan sayembara hingga melakukan pemboman besar-besar ke sebuah wilayah yang diduga ada Sinwar berada meski info intelijen belum pasti dan mengakibatkan banyak korban warga sipil Palestina di Gaza.
Baca juga: Israel Kecolongan, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Periksa Pasukan dan Jalan-Jalan di Jalur Gaza
Sumber dari dalam Hamas mengatakan kalau hanya orang-orang terpercaya yang mengetahui lokasinya.
Orang-orang khususnya ini menjadi perantara jalinan hubungan antara Sinwar dan seluruh pemimpin simpul organisasi tersebut bila diperlukan.
Sumber senior Hamas mengungkapkan kalau setelah menciptakan situasi keamanan tertentu, Yahya Sinwar dapat melakukan percakapan telepon dan menambahkan bahwa hal ini “membutuhkan waktu yang lama.”
Sumber tersebut mengatakan,
“Al-Sinwar hadir di banyak stasiun, mengirimkan instruksi setiap dua minggu sekali dan terkadang sebulan sekali kepada petugas pergerakan,” kata sumber tersebut dilansir Khaberni, Selasa (13/8/2024).
Sumber menambahkan bahwa instruksi tersebut disampaikan dengan tulisan tangan dan terkadang dicetak dan diberi tanda tangannya.
"Namun tidak ada yang tahu caranya instruksi itu disampaikan. Sumber tersebut meyakini kalau Yahya Sinwar mengandalkan transfer manual dengan sangat rahasia dari satu orang ke orang lain," tulis laporan Khaberni.
IDF Klaim Hampir Tangkap Yahya Sinwar
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku hampir menangkap Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar di sebuah terowongan di Jalur Gaza.
Menurut IDF, andai saja mereka tidak terlambat “beberapa menit”, Yahya Sinwar bisa ditangkap.
“Kami sudah dekat. Kami berada di kompleksnya. Kami memasuki kompleks bawah tanah. Kompleksnya ‘panas,’” ujar Komandan Divisi Ke-98 IDF Brigjen Goldfus pada hari Minggu, (11/8/2024), dikutip dari The Times of Israel.
Goldfus mengklaim pihaknya menemukan banyak uang di dalam kompleks tersebut.
“Kopinya masih panas. Senjata berserakan di sekeliling.”
Menurut dia, Sinwar baru saja pergi beberapa menit sebelum IDF tiba di terowongan.
Pada bulan Februari lalu IDF merilis video yang memperlihatkan salah satu terowongan Gaza.
Menurut Israel, terowongan itu digunakan Sinwar, keluarga Sinwar, dan pejabat senior Hamas untuk berlindung di tengah perang.
Terowongan itu tampak memiliki dua kamar mandi, satu daput, dan area untuk tidur.
Selain itu, ada pula ruang terpisah yang menurut IDF digunakan oleh Sinwar sendiri. Di dalamnya terdapat berangkas berisi uang miliaran.
Goldfus menyebut IDF memerlukan waktu hingga 10 jam agar bisa menembus pertahanan Hamas di Khan Younis.
Baca juga: Terowongan Hamas Rumit, Israel Kaget Pejuang Palestina Bisa Tiba-tiba Lenyap lalu Serang Zionis
Dia mengatakan terowongan menjadi pusat Hamas. Oleh karena itu, agar Israel bisa mengalahkan Hamas, terowongan harus dihancurkan.
“Ketika saya merencanakan operasi sekarang, pertama-tama saya melihat terowongan, dan dari sana saya pergi ke permukaan,” katanya.
Goldfus adalah salah satu perwira senior IDF yang memimpin serangan terhadap Hamas di Gaza.
Dia nantinya akan mengepalai Korps Utara dan segera mendapat pangkat mayor jenderal.
Sementara itu, Sinwar baru saja terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas setelah Ismail Haniyeh tewas.
Haniyeh dibunuh di Teheran, Iran, setelah menghadiri acara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Iran dan sekutunya menuding Israel sebagai pelakunya. Namun, Israel belum mengakui ataupun membantahnya.
Saat ini Iran dan proksinya sedang bersiap melancarkan serangan besar terhadap negara Zionis itu.
Israel kaget pejuang Hamas bisa tiba-tiba lenyap
Israel mengakui terowongan yang dibangun Hamas di Jalur Gaza sangat rumit.
Media televisi Israel bernama Channel 12 bahkan menyamakan terowongan Hamas itu dengan jaring laba-laba.
Baca juga: Mesir Bantah Israel soal Terowongan Setinggi 3 Meter di Perbatasan Gaza
Para pejuang Hamas disebut bisa dengan tiba-tiba menghilang di bawah tanah, tetapi kemudian muncul di suatu tempat untuk menyerang pasukan Israel yang sedang bermanuver.
Dalam laporan investigasinya, Channel 12 mengutip pernyataan para pejabat keamanan dan pertahanan Israel yang mengetahui jaringan terowongan Hamas.
Jaringan terowongan rumit itu disebut memungkinan Hamas melakukan “pertempuran defensif secara sistematis di bawah tanah”.
“Kami menyadari ini adalah dimensi yang sepenuhnya berbeda, yang di dalamnya pertempuran harus dilakukan, seperti dan zona udara, dunia maya, dan zona darat,” kata pejabat keamanan Israel dikutip dari Sputnik News.
“Terowongan itu seperti jaringan laba-laba: Jika anda memotong satu terowongan, terowongan alternatif secara otomatis akan muncul dan jaringan itu terus eksis.”
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga belum mengetahui segala hal tentang terowongan besar Hamas meski perang di Gaza sudah berlangsung selama lebih dari 9 bulan.
“Bahkan kini kami belum mengetahui gambaran besarnya dan kami tidak memiliki pemahaman yang lengkap dan tentang seluruh jaringan terowongan, karena jika kami mengetahuinya, kami bisa melenyapkan keunggulan Hamas di area ini,” kata satu sumber.
Jaringan terowongan di Gaza juga disebut mirip dengan terowongan yang digali oleh pejuang Vietnam Selatan untuk melawan militer Amerika Serikat (AS) tahun 1960-an.
Saat ini strategi “berteknologi rendah” itu kembali digunakan di Gaza. Adapun militer Israel dilaporkan terpaksa beradaptasi dengan strategi itu.
Jaringan terowongan Hamas disebut berada di seluruh Gaza sehingga pejuang dan logistik bisa disalurkan secara rahasia dan tidak terdeteksi intelijen Israel.
Menurut laporan itu Hamas berhasil membangun fasilitas produksi senjata di bawah tanah.
Baca juga: Dikepung 7 Front, Israel Masih Cari Masalah Sama Mesir, Klaim Temukan Terowongan Besar di Perbatasan
Pejabat Israel memperkirakan terowongan biasa milik Hamas memerlukan biaya sekitar $275.000 per kilometer.
Biaya yang lebih besar akan diperlukan untuk membangun terowongan khusus, tempat produksi senjata, dan titik strategis.
“Saya pikir kami belum benar-benar menemui tantangan yang sepenuhnya baru bagi kami di level sistemik,” kata pejabat pertahanan Israel.
“Mungkin ada hal-hal spesifik, seperti fakta bahwa kami dikejutkan oleh kemampuan teknik Hamas dalam membangun elevator di terowongan, beberapa tingkatan, dan lainnya.”
Pejabat itu mengakui kemampuan teknik Hamas sangat bagus dalam hal memahami perilaku dan konektivitas tanah.
“Kami menemui banyal hal yang kami yakini akan kami temui, tetapi dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada yang kami perkirakan: rintangan, pintu atas, pengisi daya, dan jumlah ujung.”
Pejabat itu kemudian ditanya mengenai penyebab militer Israel gagal mengatasi terowongan Gaza meski mengklaim sudah mengetahui besarnya.
Dia membalasnya dengan mengatakan bahwa militer Israel sedang melakukan penyelidikan internal mengenai serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023 dan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Satu sumber mengatakan penghancuran seluruh jaringan terowongan Hamas adalah hal yang memungkinkan secara teknis. Namun, penghancuran itu memerlukan waktu lama.
“Butuh waktu bertahun-tahun,” kata sumber itu.
Mantan Pejabat Mossad: Sinwar Justru Makin Kuat
Mantan pejabat Mossad Rami Igra mengatakan Yahya Sinwar dari Hamas justru semakin kuat, bukan semakin lemah.
Surat kabar Israel Maariv mengutip mantan kepala Divisi Tawanan dan Orang Hilang di Mossad, Rami Igra, yang mengatakan bahwa kepala biro politik Hamas, Yahya Sinwar, tidak melemah tetapi malah tumbuh kuat, bertentangan dengan semua perkiraan.
Minggu lalu Hamas memilih Yahya Sinwar , pejabat tingginya di Gaza, sebagai pemimpin baru biro politik gerakan tersebut menyusul pembunuhan Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran, pada 31 Juli.
Baik Hamas maupun Iran menyalahkan Israel atas serangan yang menewaskan Haniyeh. Tel Aviv belum mengaku bertanggung jawab.
Yahya Sinwar menghabiskan 22 tahun di penjara Israel.
Dia dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran tahanan yang membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina pada tahun 2011 untuk mengamankan pembebasan tentara Israel Gilad Shalit.
Menurut Igra, Sinwar yang berusia 61 tahun telah menjadi “lebih kuat dan diangkat sebagai orang yang sangat berkuasa di Hamas.”
"Hal-hal yang ia inginkan terjadi sedang terjadi," kata Igra kepada Radio Israel 103FM kemarin.
“Selama Israel tidak memberikan alternatif pemerintahan yang nyata bagi Hamas di Gaza, maka Hamas akan memegang kendali, dan Sinwar membuktikannya dengan fakta bahwa ia diangkat menjadi kepala biro politik,” imbuhnya.
(oln/khbrn/*)