TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Amerika Serikat akhirnya buka suara terkait tudingan bahwa pihaknya jadi dalang di balik penggulingan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre dalam jumpa pers pada hari Senin (12/8/2024) waktu setempat.
"Kami sama sekali tidak terlibat. Tudingan itu sama sekali tidak benar." terang Jean-Pierre terkait tudungan tersebut.
Seperti yang diwartakan sebelumnya, Sheikh Hasina mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 5 Agustus 2024 lalu setelah terjadi pemberontakan massal di Bangladesh.
Aksi kudeta yang dipimpin oleh mahasiswa tersebut pun memaksa Hasina untuk melarikan diri dengan helikopter ke India.
Pasca melarikan diri ke negeri tetangga, keluarga Sheikh Hasina pun melemparkan sejumlah tuduhan yang menjurus kepada keterlibatan AS dalam kudeta di mahasiswa di Bangladesh.
Putra Hasina dan mantan penasihat pemerintah Sajeeb Wazed Joy telah menuduh bahwa aksi protes yang berlangsung di Bangladesh tersebut didalangi oleh kekuatan negara asing.
"Saya percaya, pada titik ini, Asal muasal protes itu berasal dari luar Bangladesh," kata Sajeeb pada akhir pekan lalu.
"Hanya agen intelijen yang memiliki kemampuan untuk menyelundupkan dan menyediakan senjata kepada para pengunjuk rasa," pungkasnya.
Menanggapi tudingan tersebut, Jean-Pierre mengatakan aksi kudeta di Bangladesh murni didasari oleh keinginan masyarakat tanpa adanya campur tangan dari pemerintah AS.
"Berita atau rumor bahwa pemerintah AS terlibat dalam peristiwa ini sama sekali tidak benar, aksi demonstrasi tersebut adalah pilihan yang dilakukan sendiri oleh rakyat Bangladesh, dan untuk rakyat Bangladesh sendiri." ujar Jean-Pierre.
Baca juga: Putra Sheikh Hasina Bantah Ibunya Kabur dari Bangladesh, Sebut Bakal Klaim Balik Kekuasaannya Lagi
Melihat kondisi yang terjadi di Bangladesh, Jean-Pierre juga memastikan bahwa AS akan lebih memihak kepada kehendak rakyat daripada Sheikh Hasina yang memimpin negara tersebut sebelumnya.
"Kami percaya bahwa rakyat Bangladesh harus menentukan masa depan pemerintahannya sendiri, dan itulah posisi kami." terang Jean-Pierre.
AS sebenarnya memiliki hubungan yang bersahabat dengan Bangladesh dan bahkan menganggap sosok Sheikh Hasina sebagai mitra penting dalam isu terkait ekstremisme Islam di negara-negara Asia.