TRIBUNNEWS.COM - Direktur Regional Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Othman Belbeisi, menyatakan kondisi kemanusiaan di Sudan berada di titik kritis, Senin (12/8/2024).
Othman Belbeisi menyebut kondisi itu akan makin parah apabila konflik dan pembatasan akses kemanusiaan tetap berlanjut.
"Jangan salah, kondisi ini akan terus berlanjut dan semakin parah jika konflik dan pembatasan akses kemanusiaan terus berlanjut," kata Othman Belbeisi dikutip dari laman International Organization for Migration.
Lebih lanjut, ia juga menekankan jika tidak ada respons global, risiko kematian makin tinggi.
Tak hanya itu, IOM juga mencatat jumlah pengungsi meningkat di angka 10,7 juta orang di dalam negeri Sudan.
Sebanyak 2,3 juta orang telah meninggalkan wilayahnya dan melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga.
Hal tersebut diperparah dengan banjir yang meluas dan menyebabkan sekitar 20.000 orang mengungsi di 11 dari 18 negara bagian Sudan.
Di sisi lain, Komite Peninjauan Kelaparan (FRC) Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) melaporkan adanya kelaparan di kamp Zamzam, dekat Kota Al Fasher, Darfur Utara.
Diketahui, kamp tersebut mengalami kelangkaan pangan ekstrem dan mengakibatkan melonjaknya angka malnutrisi dan kematian.
Selama tiga bulan ke depan, 25,6 juta orang diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan akut.
FRC telah memperingatkan bahwa masih banyak daerah lain di Sudan yang berisiko dilanda kelaparan.
Baca juga: Iran Melanjutkan Hubungan Diplomatik dengan Sudan Setelah Putus Hubungan Selama Delapan Tahun
Oleh karena itu, kondisi kemanusiaan di Sudan merupakan yang terburuk di dunia.
Konflik yang sedang berlangsung menjadi hambatan yang membatasi kemampuan organisasi bantuan untuk menyelamatkan penduduk.
Sementara itu, perundingan untuk mengakhiri antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter (RSF) akan dilanjutkan di Jenewa minggu ini.