TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria Palestina tewas dan beberapa orang terluka setelah puluhan pemukim Israel mengamuk.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, seorang warga bernama Mahmoud Abdel Qader Sadda (23) tewas ditembak.
Sementara, warga Palestina lainnya menderita luka tembak kritis di dada dalam serangan di desa Jit, sebelah timur Qalqilya pada Kamis (15/8/2024) malam.
Para pemukim Israel itu menyerang sebuah desa di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel.
Diberitakan Al Jazeera, mereka menggunakan topeng saat melancarkan aksinya.
Beberapa dari mereka memegang senjata.
Para pemukim Israel menyerang Tepi Barat dengan cara melemparkan batu dan bom molotov.
Selanjutnya, mereka membakar beberapa mobil dan merusak properti.
Selain itu, mereka juga menyerang kota Huwara.
Dikutip dari BBC, para pemimpin politik Israel mengutuk serangan itu dan berjanji akan menghukum para pelakunya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas tindakan kriminal apa pun akan ditangkap dan dituntut.
Baca juga: Peta Rencana Israel Ambil Lagi Tanah Palestina di Tepi Barat, Terletak di Dalam Situs UNESCO Battir
Kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat telah meningkat sejak perang Israel di Gaza dimulai pada bulan Oktober.
Antara 7 Oktober dan 12 Agustus tahun ini, Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat sekitar 1.250 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina, yang mengakibatkan sedikitnya 120 kematian, dan 1.000 insiden kerusakan properti.
Selain itu, OCHA juga mencatat serangan pemukim Israel menyebabkan sedikitnya 1.390 orang, termasuk 660 anak-anak mengungsi.
Perhatian internasional telah terfokus pada perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Namun, skala kekerasan pemukim telah mendorong Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Inggris untuk menjatuhkan sanksi pada beberapa pemimpin pemukim dan untuk pertama kalinya terhadap seluruh pos pemukim.
(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).