News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-906: Rusia Panik setelah Kyiv Ledakkan 2 Jembatan Utama di Kursk

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang diunggah Kementerian Pertahanan Ukraina pada Sabtu (29/6/2024) menunjukkan artileri berat Howitzer 2S7 Pion 203 mm yang digunakan pasukan Ukraina untuk menargetkan sasaran Rusia. -- Ukraina ledakkan 2 jembatan penting dalam invasinya di Kursk. Berikut perang Rusia-Ukraina hari ke-906.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-906 pada Sabtu (17/8/2024).

Militer Ukraina mendeteksi pergerakan UAV Rusia di empat wilayah Ukraina pada pukul 01.00 waktu setempat.

Sebelumnya pada tengah malam, mereka melaporkan adanya serangan drone Rusia di Ukraina, seperti diberitakan Telegraf.

Ukraina Segera Evakuasi Warga di Kota Pokrovsk

Otoritas militer di kota Pokrovsk, Ukraina timur, mendesak warga sipil untuk mempercepat evakuasi mereka pada Jumat (16/8/2024) kemarin karena tentara Rusia dengan cepat mendekati target utamanya selama berbulan-bulan.

Pejabat Pokrovsk mengatakan pasukan Rusia maju dengan cepat.

"Dengan berlalunya setiap hari, semakin sedikit waktu untuk mengumpulkan barang-barang pribadi dan pergi ke daerah yang lebih aman," katanya di Telegram.

Pokrovsk adalah salah satu benteng pertahanan utama Ukraina dan pusat logistik utama di wilayah Donetsk timur.

Jika Rusia berhasil merebut kota itu, maka dapat menghambat rute pasokan dan pertahanan Ukraina.

Tak Niat Rebut Kursk, Ukraina Ngaku Hanya Ingin Bujuk Putin Untuk Damai

Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan negaranya tidak berniat merebut Kursk dari Rusia.

Baca juga: Ukraina Tangkap Pejabat Perekrut Tentara, Diduga Terima Suap Penghindar Wajib Militer

Namun, serangan Ukraina di Kursk dimaksudkan untuk mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin, agar mau berdamai.

"Kita perlu memberikan kekalahan taktis yang signifikan kepada Rusia," katanya di Telegram, Jumat.

Ia menjelaskan, Ukraina terpaksa menggunakan senjatanya ketika membobol pertahanan Rusia di Kursk untuk mencapai perdamaian.

"Di wilayah Kursk, kita melihat dengan jelas bagaimana alat militer secara objektif digunakan untuk meyakinkan Federasi Rusia agar memasuki proses perundingan yang adil," ujarnya, seperti diberitakan The Guardian.

Ukraina Klaim Pasukannya Maju 3 Km di Kursk

Kepala Angkatan Darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengatakan pasukan Kyiv maju antara satu dan tiga kilometer di beberapa wilayah di wilayah Kursk Rusia, kemarin.

Ukraina mengatakan telah menguasai 82 permukiman di wilayah seluas 1.150 km persegi di Kursk setelah melancarkan serangan lintas perbatasan besar-besaran pada 6 Agustus lalu.

Dalam pengarahan kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, melalui tautan video, Oleksandr Syrskyi melaporkan pertempuran di wilayah Malaya Loknya, sekitar 11,5 km dari perbatasan Ukraina.

Rusia Panik dengan Invasi Ukraina, Sulit Evakuasi Warga di Kursk

Ukraina dikabarkan berhasil menutup sebagian besar wilayah distrik Glushovsky di Kursk.

Mereka berhasil menjebak pasukan Rusia di sana setelah meledakkan dua jembatan penting di sungai Seim.

"Evakuasi massal sedang berlangsung di distrik Glushkov, yang dihuni 20.000 orang, dan penghancuran satu jembatan telah menghambat evakuasi mereka," kantor berita Rusia TASS melaporkan.

Meski Berdamai Sekali pun, Rusia Tetap Kena Sanksi dari Negara Barat

Dmitry Birichevsky, kepala departemen kerja sama ekonomi di kementerian luar negeri Rusia berpendapat bahwa negaranya akan tetap terkena sanksi meski berdamai dengan Ukraina.

"Sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia akan tetap berlaku selama beberapa dekade, bahkan jika ada penyelesaian damai di Ukraina," katanya.

"Rusia menjadi negara yang paling banyak dikenai sanksi oleh barat setelah invasinya ke Ukraina pada bulan Februari 2022, melampaui Iran dan Korea Utara," lanjutnya.

Menurutnya, perdamaian di Ukraina hanyalah dalih dan tidak berpengaruh pada penerapan sanksi terhadap Rusia.

"Ini adalah cerita untuk beberapa dekade mendatang. Apa pun perkembangan dan hasil dari penyelesaian damai di Ukraina, itu sebenarnya hanya dalih," ujarnya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini