Asadi menambahkan, “Respon Iran akan sebanding dengan agresi yang terjadi di wilayahnya, dan oleh karena itu Iran akan merespons dengan cara yang sama dan di tempat yang sama."
Pernyataan ini mengindikasikan, Iran akan menggunakan cara senyap ala operasi intelijen di Tel Aviv, persis seperti Israel beraksi di Teheran yang berujung pada terbunuhnya Haniyeh.
Cara ini perlu waktu set-up yang tidak sebentar, alasan kenapa pembalasan Iran ke Israel tidak juga terlaksana.
Pejabat tersebut menekankan, Irak dan kelompok Poros Perlawanan akan berkontribusi pada tindakan pembalasan sebagai respons terhadap pembunuhan yang ditargetkan terhadap Haniyeh dan Fuad Shukr, seorang tokoh senior gerakan Perlawanan Lebanon Hizbullah yang terbunuh di pinggiran Beirut pada tanggal 30 Juli.
“Irak berusaha untuk tidak menjadi medan perang, namun musuh ingin memaksakan hal tersebut,” kata Asadi.
Dia menambahkan, “Perlawanan akan berpartisipasi dalam menanggapi pembunuhan Ismail Haniyeh dan Martir Shukr,” karena “Perlawanan Irak adalah bagian dari Poros Perlawanan di wilayah tersebut.”
Di bagian lain wawancaranya, ketua dewan politik Gerakan al-Nujaba mengecam kehadiran pasukan pendudukan asing, tidak terkecuali Amerika Serikat, di negara Arab tersebut.
Mulai Diolok-olok dengan Kartun
Satu di antara konsekuensi lamanya pembalasan Iran ke Israel adalah olok-olok dan ejekan.
Di media sosial muncul kartun-kartun berisi sindiran kepada Iran yang belum juga melancarkan serangan besar ke Israel.
Sebelumnya, Iran sudah bersumpah akan menyerang Israel setelah negara Zionis itu membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
The Times of Israel melaporkan bahwa surat kabar Arwas dari Al Jazair menerbitkan kartun sindiran.
Kartun itu memperlihatkan ulama Iran melemparkan pesawat kertas.
Pada kartun itu terdapat keterangan “Setiap orang menunggu reaksi Iran setelah pembunuhan syuhada Haniyeh".
Seorang guru dan dosen Arab bernama Idit Bar menyebut kartun itu menggambarkan Iran sebagai “paper tiger” atau semacam “macam ompong”.