Media Israel melaporkan pada hari Minggu bahwa selama pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Halevi menyatakan bahwa "ada syarat untuk kesepakatan tersebut dan adalah bijaksana untuk melakukan negosiasi guna mencapai hasil terbaik." Mengenai koridor Philadelphia, jenderal tertinggi Pasukan Pendudukan Israel (IOF) mengatakan bahwa ia "tidak menyarankan agar kita menjadikannya hambatan yang mencegah kita memulangkan 30 tawanan Israel pada tahap pertama."
Halevi sebelumnya mengakui bertanggung jawab atas kegagalan tentara pendudukan Israel dalam mencegah operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
“Sebagai komandan IDF dalam perang tersebut, saya bertanggung jawab atas fakta bahwa IDF gagal dalam misinya melindungi warga Negara Israel pada tanggal 7 Oktober,” katanya pada bulan Mei lalu.
Halevi menambahkan, “Saya adalah komandan yang mengirim putra-putri Anda ke medan perang yang tidak pernah mereka kembalikan dan ke tempat-tempat di mana mereka diculik.”
Ia juga mengakui tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit, dan mengakui bahwa "Israel" membayar harga yang mahal dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Perpecahan internal dalam "Israel" menjadi semakin nyata, sebagaimana dibuktikan oleh pernyataan yang saling bertentangan dari para pemimpin politik dan militer tentang perang di Gaza, tujuannya, dan rencana pascaperang.
Perbedaan ini menggarisbawahi krisis yang lebih luas dalam entitas tersebut, yang diperparah oleh meningkatnya tekanan dari para pemukim. Protes yang dilakukan hampir setiap hari oleh para pemukim menuntut kesepakatan gencatan senjata dengan Perlawanan Palestina di Gaza untuk mengamankan pembebasan tawanan Israel.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengkritik staf umum tentara Israel, dengan mengatakan bahwa hal itu telah membawa “salah satu bencana terbesar dalam sejarah Israel.”
SUMBER: SKY NEWS ARABIA, AL MAYADEEN