TRIBUNNEWS.COM – Seorang pria Israel bernama Eden Dabas (30) dari Kota Ramat Gan dituding membantu agen intelijen Iran.
Dabas diduga melakukan beberapa pekerjaan untuk intel Iran. Dia mendapatkan upah berupa uang kripto.
The Jerusalem Post mengabarkan Kejaksaan Israel sudah resmi melayangkan dakwaan kepada Dabas pada Senin (19/8/2024).
Dalam dakwaan itu disebutkan bahwa Dabas memiliki beberapa akun Telegram. Melalui akun itu dia berkomunikasi dengan intel Iran.
Agen itu meminta Dabas menjalankan beberapa tugas dan membeli beberapa barang untuk keperluan penyamaran.
Di samping itu, agen Iran meminta Dabas untuk merahasiakan komunikasi di antara mereka dan menghapus pesan.
Komunikasi antara Dabas dan intel itu dimulai tanggal 5 Juni dan berakhir tanggal 4 Agustus ketika dia ditangkap.
Dalam 2 bulan, dia dibayar sebesar $12.000 atau sekitar Rp185 juta dengan uang kripto.
Sejak pertama kali berkomunikasi, Dabas sudah mengetahui bahwa intel itu adalah orang Iran. Dia juga paham bahwa tugas yang diberikan kepadanya itu demi kepentingan musuh Israel.
Tugas pertama Dabas adalah membuat poster-poster yang dihiasi dengan gambar cap telapak tangan berwarna merah darah.
Pada poster itu terdapat tulisan “Beradalah di sisi yang benar dalam sejarah”. Poster itu digantung ditempat umum.
Baca juga: Jika Perang Israel-Iran Pecah, AS Diprediksi Boncos Besar, Dikucilkan, dan Tak Ada yang Bersimpati
Selama dua bulan berikutnya Dabas membuat lebih banyak poster. Salah satunya adalah poster yang mendukung adanya kudeta atau revolusi bersenjata di Israel.
Dia mengirimkan foto-foto poster itu kepada intel Israel, tetapi kemudian melepasnya.
Menurut berkas dakwaan itu, tugas lain Dabas adalah membuat grup Telegram berjudul “Tentara Rakyat”.