Grup itu digunakan untuk membantu intel Iran itu merekrut lebih banyak warga Israel demi menjalankan sejumlah tugas.
Dabas diminta membeli mainan boneka. Kemudian, dia disuruh memotong kepala boneka dan mengirimkan kepalanya bersama dengan pisau dan pesan ancaman kepada seseorang.
Orang itu diidentifikasi sebagai “seorang pejabat dalam program keamanan yang penting”.
Akan tetapi, Dabas tidak menjalankan perintah intel Israel itu dengan sepenuhnya.
Dia justru meletakkan paket boneka itu di depan pintu rumah ayahnya. Dia mengirimkan foto paket itu kepada intel Iran dengan harapan intel itu berpikir bahwa Dabas sudah menyelesaikan tugasnya.
Dabas pernah diminta membakar hutan, memecahkan kaca mobil, menulis grafiti yang mendukung revolusi bersenjata, membakar mobil, dan menyembunyikan uang di tiga tempat. Namun, dia menolak semua tugas itu.
Berkas dakwaan juga menyebutkan bahwa Dabas memiliki narkoba. Akan tetapi, narkoba itu tidak terkait dengan agen Iran.
Kejaksaan meminta Dabas agar tetap ditahan hingga proses hukum terhadap dia rampung.
Baca juga: Tak Yakin Sikap Iran, AS Dukung Israel Tolak Tinggalkan Koridor Philadelphi di Perbatasan Gaza-Mesir
Pada bulan Juli ada pula tiga warga Israel yang ditangkap karena diduga menjalankan tugas yang diberikan oleh intel Iran.
Salah satu dari mereka bernama Elimelech Stern yang berasal dari Beit Shemesh. Dia mendapatkan dakwaan, sedangkan dua lainnya dibebaskan setelah diinterogasi.
Shin Bet (Dinas Keamanan Israel) dan Kepolisian israel menyebut intel-intel Iran memang kerap menghubungi warga Israel melalui akun palsu di media sosial.
“Dalam beberapa bulan terakhir, ada banyak profil palsu yang digunakan oleh pasukan keamanan Israel yang telah ditemukan dan dipantau, dan telah dikumpulkan banyak informasi tentang agen di balik operasi mereka,” kata Shin Bet dan Kepolisian Israel dalam pernyataan bersama.
Selain menggunakan media sosial, intel Israel juga memanfaatkan situs yang menawarkan uang sebagai upah melakukan suatu pekerjaan.
(Tribunnews/Febri)