"Darah ada di tangan pemerintah. Demi kelangsungan hidup Netanyahu, paman saya meninggal," katanya kepada Radio 103 FM setempat.
Kemarahan massa pada Netanyahu memicu para demonstran Israel bertindak anarkis, memblokir lalu lintas di Tel Aviv untuk menuntut pemerintahan Netanyahu agar mempercepat kesepakatan penyanderaan setelah jenazah enam sandera diambil dari Jalur Gaza, mengutip dari APNews.
Israel memperkirakan setidaknya masih ada 110 warga Israel yang ditahan militan Hamas di Gaza, sementara Hamas mengatakan bahwa banyak tawanan tewas dalam serangan Israel di daerah kantong itu.
Netanyahu Sengaja Persulit Kesepakatan Gencatan Senjata
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya menjembatani kesepakatan antara Israel dan Hamas agar pertukaran tahanan dan gencatan senjata cepat tercapai, namun upaya mediasi terhenti karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Baca juga: Tak Yakin Sikap Iran, AS Dukung Israel Tolak Tinggalkan Koridor Philadelphi di Perbatasan Gaza-Mesir
Meskipun Netanyahu secara konsisten menyangkal bahwa ia mencoba untuk menunda kesepakatan, dokumen terbaru justru mengungkapkan bahwa Netanyahu menambahkan lebih banyak syarat dan ketentuan, membuat gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera semakin sulit dicapai.
Bahkan anggota senior lembaga keamanan Israel pun menuduh Netanyahu dengan sengaja memperlambat proses tersebut.
Baca juga: Netanyahu Berbalik Arah, dari Bilang Setuju Gencatan Senjata di Gaza Kini Menolak
Hal senada juga dilontarkan Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid yang menyalahkan Netanyahu karena terus mengulur waktu hingga memakan nyawa tawanan jadi taruhannya.
“Netanyahu tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri agresi sepenuhnya," jelas pejabat Hamas Ahmad Abdul Hadi
"Tetapi dia malah menipu dan mengelak serta ingin memperpanjang perang dan bahkan memperluasnya di tingkat regional," imbuhnya.